Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Setop Mencemari Sungai dengan "Bakteri Escherichia Coli"

Diperbarui: 8 Februari 2019   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penampakan air sungai bahan baku PDAM yang diduga tercemar/Foto: Republika

Sekarang ini, sulit mendapati sungai yang benar-benar bersih dan jernih. Sungai di kampung yang dulunya lumayan bersih pun, kini sudah tidak layak untuk disebut bersih. Namun, untuk membersihkan sungai kotor sejatinya tidak sulit.

Ya, kita hanya butuh waktu satu atau dua hari untuk membuat sungai yang awalnya kotor penuh sampah menjadi terlihat bersih. Selama ada ratusan bahkan ribuan orang bersinergi dan mau bersih-bersih turun ke sungai, kita bisa 'menyulap' sungai kotor menjadi bersih. Sesederhana itu. 

Masalahnya, tidak ada jaminan sungai itu akan seterusnya bersih. Malah, yang umumnya terjadi, setelah dilakukan bersih-bersih massal di sungai, sepekan kemudian atau bahkan beberapa hari kemudian, sungai kembali kotor. 

Niatan kita untuk bersih-bersih sungai masih sekadar ikut-ikutan, sekadar ingin meramaikan kegiatan karena ada pejabat yang datang. Lantas, setelah pejabatnya kembali ke kantor asalnya,  yang jamak terjadi, kisah berikutnya sampean (Anda) tahu.

Kenapa bisa begitu?

Sebab, ada banyak orang yang masih belum (saya lebih suka menuliskan kata belum daripada tidak) terbiasa berbudaya hidup bersih. Selama belum memiliki perilaku budaya hidup bersih, maka kapanpun dan dimanapun, semua orang akan dengan mudah membuang sampah ke sungai.

Padahal, sungai bukan hanya "jalan" bagi air untuk pulang menuju ke 'rumah' nya. Sungai juga bukan hanya habitat bagi berbagai jenis ikan dan kawan-kawannya. Sungai juga bukan hanya berfungsi untuk irigasi mengairi sawah. Namun, yang terkadang kurang disadari banyak orang, air sungai merupakan bahan baku air minum.

Nah, ketika kita membuang sampah ke sungai, itu tidak hanya mengotori, tetapi juga bisa mencemari sungai. Ketika sungai terceamr, tentu saja akan berdampak pada kualitas sumber air baku, sama saja artinya dengan mereka mencemari air untuk kebutuhan air bersih rumah mereka, di rumah kerabat, kawan-kawanya.

Perihal sungai yang tercemar ini, saya jadi teringat tentang ikhtiar beberapa peniliti yang juga aktivis lingkungan beberapa waktu lalu ketika melakukan bersih-bersih sungai. Selama menyusuri sungai sepanjang 4 kilometer, mereka mendapat 'tangkapan' limbah popok di sungai seberat 2 kuintal. Astaga.

Kabar itu sempat viral. Tidak hanya di media arus utama. Foto-foto dan beritanya juga banyak dibagikan di media sosial maupun via WhatsApp. Silahkan masuk ke mesin pencari Google dan tulis "popok bayi di sungai", maka beritanya akan bermunculan.

Setop buang popok bayi ke sungai/Foto: VoA Indonesia

Dan memang, kebiasaan membuang popok bayi di sungai telah membudaya di sebagian masyarakat. Boleh jadi sudah menjadi hobi. Mungkin karena dianggap praktis. Praktis karena tak perlu repot membuang sampah popok bayi ke tempat sampah. Praktis karena tinggal lempar ke sungai, plung, maka urusan selesai. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline