Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Sebagian Kita yang Gemar Memproduksi "Sampah"

Diperbarui: 10 Januari 2019   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang gemar memproduksi 'sampah'/Foto: NU Online

Sampean (Anda) pastinya tidak akan senang bila melihat orang membuang sampah di bukan pada tempatnya. Rasanya ingin memberikan 'kuliah singkat' kepada para pelaku pembuang sampah sembarangan tersebut. Minimal berdecak prihatin dalam hati sembari mengutuk perbuatan tersebut.

Gambaran seperti itulah yang kemarin saya rasakan ketika mendapati seorang pengendara motor keren yang melaju di depan saya dan sepertinya dalam perjalanan menuju tempat kerjanya.

Kekhusyukan saya mengendara motor mendadak terusik ketika pengendara motor keren tersebut melemparkan tas plastik berisi sampah ke sungai. Tanpa berhenti dan tanpa melihat ke arah sungai. Sepertinya sudah terbiasa dan sangat profesional. Entah kalau aktivitas itu menjadi rutinitas pagi dia.

Di lain waktu, meski tidak mengetahui pelakunya, rasanya prihatin meski tanpa harus diucapkan ketika melihat tumpukan sampah dibuang begitu saja di jembatan layang. Pemandangan seperti itu acapkali terlihat, utamanya ketika pagi saat mengantar istri berbelanja sayur.

Malah, seorang kawan bercerita, ada tetangga di kompleks perumahannya yang sengaja membuang sampah di pinggir jalan ataupun di tanah lapang asal tidak di wilayah perumahannya. Lho kok bisa? Penyebabnya karena enggan membayar iuran manajemen estate untuk kebersihan dan keamanan sehingga sampahnya tidak diambil oleh tukang sampah. Dia lebih memilih 'cara gratisan' dalam membuang sampahnya.

Saya, sampean dan ada banyak orang yang pastinya tidak senang dengan perilaku membuang sampah bukan pada tempatnya itu. Kita tentu kurang suka dengan orang-orang yang sak karepe dhewe dalam membuang sampah tanpa memikirkan dampaknya.

Hanya saja, banyak orang yang tidak sadar, mereka justru gemar memproduksi sampah dalam bentuk lain. Sampah yang meski tidak berwujud fisik kotor, bau, menjijikkan tetapi sejatinya punya tampilan seperti itu. Sampah tersebut lantas dibuang ke sembarang tempat.

Sampah tak berwujud itu bisa diproduksi oleh mulut kita, jari jemari kita juga pikiran kita. Sampah berupa umpatan, prasangka jahat, ujaran kebencian, fitnah dan kawan-kawannya. Juga sampah berupa tulisan bohong, data yang dimanipulasi dan teman-temannya.

Tidak sedikit orang yang setiap hari gemar memproduksi sampah jenis ini. Bukankah umpatan, prasangka, ujaran kebencian acapkali berseliweran di ruang media sosial teman-teman kita. Bukankah tulisan dan kabar bohong, meski tak pernah diundang tetapi bisa dengan mudah masuk ke grup-grup WhatsApp yang kita masuk sebagai anggotanya.  

Bila orang membuang sampah sembarangan, sebenarnya mereka tahu tindakan mereka salah. Mereka malu bila ketahuan orang lain sehingga mereka membuang sampah di jalanan ketika pagi buta. Atau mungkin bila perlu memakai penutup wajah supaya tidak tepergok tetangga.

Namun, untuk sampah yang tidak berwujud seperti ciri-ciri sampah pada umumnya, banyak orang yang tidak merasa malu bila memproduksinya. Malah seolah disengaja untuk menghasilkan 'sampah terbaik' melalui pemilihan diksi yang menggoda untuk dibaca orang lain. Demi tujuan tertentu ataupun demi sekadar luapan kebencian.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline