Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Agar Anak-anak Tidak Tumbuh Jadi "Pencipta Bohong"

Diperbarui: 8 Oktober 2018   04:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: sohu.com


"Berbohong itu dosa, perbuatan tercela, dilarang oleh agama".

Begitu salah satu penggalan bait lagu yang sering dinyanyikan anak saya ketika masih TK dulu. Syukurlah, di sekolahnya, selain bermain dan bermain serta belajar berbaur dengan kawan sebayanya, dia juga diajari lagu yang menurut saya inspiratif.

Inspiratif. Karena bermula dari lagu, dia jadi bisa belajar untuk tidak suka berbohong. Dan semoga saja, ketidaksukaannya pada bohong itu terus awet hingga besar kelak. Meski, godaan untuk berbohong itu kini jauh lebih menggoda.

Bila dulu, bohong itu hanya bisa dilakukan oleh mulut yang satu ini, kini, bohong bahkan bisa diproduksi oleh 10 jemari tangan. Bedanya, bohong era kekinian itu punya nama baru yang lebih keren, "hoaks".

Pun, bila dulu, orang berbohong kebanyakan karena untuk membela diri supaya tidak disalahkan atau minimal tidak dihukum berat. Semisal karena terlambat datang ke sekolah ataupun lupa tidak mengerjakan pekerjaan rumah lantas merangkai alasan ke guru.

Atau ketika dulu ada janjian bertemu dengan 'mantan pacar' lalu ternyata terlambat beberapa menit dari jam yang ditentukan, lantas mengarang cerita macet lha, ban motor bocor lha atau apa lha. Itu cerita dulu. Dulu sekali.

Kini, bohong urusannya bukan lagi alasan receh seperti itu. Bohong yang bernama hoaks itu levelnya tingkat tinggi. Urusannya bukan lagi pribadi, tetapi bahkan bisa menyangkut kepentingan negara, Ngeri.   

Tentu saja sulit melawan hoaks. Upaya minimal yang bisa kita lakukan adalah dengan tidak ikut menyebarkan berita bohong itu kepada kerabat maupun kawan. Kalau kata orang-orang hebat itu "saring dulu sebelum sharing". Ya, jangan main share-share saja lantas ketika ditanya benar apa tidak, hanya berucap "nggak tahu, saya dapat dari grup sebelah".

Upaya lainnya, jangan biarkan anak-anak kita kelak juga tumbuh menjadi pencipta berita bohong. Ada banyak upaya yang bisa kita lakukan agar anak-anak 'alergi' pada berita bohong. Bahwa mereka harus dibiasakan untuk tidak berbohong.

Jangan sampai berbohong menjadi kebiasaan yang dibiarkan. Sebab, bila dibiarkan, mungkin sekarang levelnya masih remeh temeh. Namun, bila terbiasa, kualitas berbohongnya bisa naik beberapa derajat. Dan itu berbahaya. Ada beberapa cara yang bisa kiat lakukan untuk menciptakan kondisi agar anak tidak suka berbohong.

Menjelaskan kerugian bila berbohong

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline