Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Memungut Hikmah dari Mitos-mitos Puasa yang Tanpa Sadar Sering Kita Lakukan

Diperbarui: 2 Juni 2018   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sampean (Anda) yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan pastinya telah paham tentang rukun wajib berpuasa dan juga larangan yang tidak boleh dilakukan selama berpuasa. Namun, puasa Ramadan ternyata tidak hanya tentang rukun, larangan dan hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan selama berpuasa. 

Di masyarakat, juga ada beberapa kebiasaan yang dilakukan selama berpuasa di bulan Ramadan. Dan, karena tidak berdasar dan belum tentu benar, kebiasaan yang berkembang di masyarakat itupun menjadi mitos di bulan Ramadan. Ternyata, tanpa sadar, saya dan sampean juga mungkin pernah atau bahkan sering melakukan mitos-mitos itu. Apa saja?

1. Makan sahur yang banyak agar puasanya kuat

Makan di waktu Sahur bisa dianggap sebagai 'start" untuk menjalani puasa di bulan Ramadan. Nah, ada mitos yang berkembang bahwa agar bisa kuat berpuasa seharian, kita harus makan banyak di waktu sahur. Sebab, bila makan sahurnya kurang, maka badan akan lemas dan kurang energi untuk menjalani aktivitas selama berpuasa. Apakah sampean (Anda) juga beranggapan seperti itu?

Saya dulu pernah berpikiran seperti itu. Bahwa bila sahurnya banyak, puasa akan mudah dijalani. Sebaliknya, bila tidak makan sahur, puasa akan menjadi berat. Namun, setelah membaca beberapa referensi kesehatan terkait berpuasa, saya jadi tahu bahwa sahur itu ternyata bukan tentang makan banyak atau sedikit. Yang terpenting bukan banyaknya makanan, tetapi kecukupan nilai gizinya. Sebab, bila hanya makan banyak tetapi penuh dengan kalori dan lemak serta tidak memeperhatikan standar gizi, ada kecenderungan badan merasa lemas dan kurang energi ketika berpuasa.

Bagaimana cara menyikapinya? Idealnya, sahur itu harus disiapkan. Baik disiapkan bangun jam berapa, terlebih disunnahkan dilakukan di akhir waktu dan juga penting untuk mengonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayur dan juga makanan berprotein. Sebab, serat akan bagus untuk tubuh ketimbang lebih banyak mengonsumsi karbohidrat yang pada akhirnya menjadi gula sehingga perut cepat serasa kosong. Selengkapnya untuk cara mengatasi "mitos sahur" ini telah saya jelaskan di tulisan saya sebelumnya, https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/5b09a006dd0fa81c243fc762/menu-sahur-terbaik-antara-harapan-dan-kenyataan.

Terlepas dari mitos tersebut, makan di waktu sahur itu mengandung keberkahan. Pelajarannya, dengan sebulan penuh kita terbiasa bangun di waktu sahur, kita jadi akan terbiasa bangun di sepertiga malam lantas sholat Shubuh tepat waktu. Perihal apakah sahur akan membuat puasa jadi kuat, itu sepenuhnya bergantung niat masing-masing.

2. Tidur "jilid kedua" setelah sahur

Kehadiran bulan Ramadan mengubah ritme istirahat/tidur sebagian besar orang yang berpuasa. Bila di luar Ramadan, kebanyakan orang beristirahat mulai jam 9 atau jam 10 malam, lantas terbangun jam 4 atau jam 5 pagi, ritme itu otomatis berubah selama Ramadan. Ini karena orang yang berpuasa, disunnahkan untuk bangun dan makan di waktu sahur. Sehingga, mereka akan terbangun lebih awal dari biasanya. Nah, karena merasa jam tidurnya masih kurang, sebagian besar orang lantas menambah jam tidur lagi. Istilah kerennya, "tidur jilid II". Apakah sampean  juga melakukannya?

Malah ada yang meyakini bahwa kebiasaan langsung tidur setelah sahur baik untuk lambung. Padahal, anggapan ini tidaklah tepat. Itu hanya mitos. Dari beberapa referensi kesehatan yang pernah saya baca, justru setelah sahur, kita tidak dianjurkan untuk langsung tidur. Pasalnya, kebiasaan langsung tidur setelah sahur ternyata dapat menyebabkan naiknya makanan dari lambung ke kerongkongan atau reflux sehingga bisa menyebabkan mual dan muntah.

Saya sendiri tidak terbiasa langsung tidur setelah sahur. Baru setelah Shubuh, saya menambah tidur sebentar, maksimal hingga pukul 06.30 sebelum bersiap berangkat ke tempat kerja. Alasan saya, agar tidak mengantuk selama perjalanan. Saya juga heran dengan godaan tidur jilid II ini. Padahal, di luar Ramadan, meski terbiasa bangun jam 3 pagi, tidak ada istilah tidur jilid II setelah Shubuh dan saya pun tidak mengantuk baik selama perjalanan maupun di tempat kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline