Ada cukup banyak masjid di Kota Surabaya yang namanya melegenda. Diantaranya Masjid Kembang Kuning, Masjid Ampel, juga Masjid Cheng Ho. Selain bersejarah dan menjadi pusat ibadah bagi umat islam, beberapa masjid tersebut juga menjadi destinasi wisata religi di Surabaya. Di luar itu, masih ada cukup banyak masjid yang punya reputasi hebat di Surabaya.
Dan bagi saya, masjid-masjid yang punya reputasi hebat itu tidak hanya yang bangunannya megah, tetapi juga yang bisa membuat umat betah. Betah untuk berlama-lama melaksanakan kegiatan bernilai ibadah di dalamnya. Seperti ikan yang betah berada di kolam air yang sejuk.
Dan, untuk bisa membuat umat betah, tentunya tidak bisa hanya mengandalkan bangunan megah. Namun, perlu ada sentuhan-sentuhan inovatif demi memperbanyak fungsi masjid yang bisa memberi kemanfaatan bagi umat. Nah, merujuk pada kemanfaatan tersebut, saya tertarik pada Masjid Al-Muhajirin yang berada di lingkungan Kantor Pemerintah Kota Surabaya.
Penampakan sekilas, masjid yang terletak di Jalan Jimerto dan baru selesai direnovasi ini tidak berbeda dengan kebanyakan bangunan masjid lainnya. Baik desain bangunan, menara, tempat wudhu, hingga pilar yang ada di dalam masjid.
Namun, bila cukup sering 'mampir' ke masjid ini dan tahu betapa 'hidupnya' masjid ini sepanjang hari, lalu bila membandingkan dengan masjid di lingkungan pemerintahan daerah di kota lain yang pernah saya singgahi selama dulu bekerja di "pabrik koran", saya sampai pada kesimpulan bahwa Masjid Al Muhajirin di Pemkot Surabaya ini termasuk istimewa karena punya multifungsi.
Fungsi apa saja?
Masjid sebagai pijakan sebelum memulai kerja
Fungsi pertama adalah peranan masjid sebagai pembuka aktivitas kerja bagi ASN (aparatur sipil negara) di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Sebagai masjid yang berada di lingkungan Pemkot Surabaya, Masjid Muhajirin bukan sekadar menjadi tempat sholat jumat ataupun sholat dzhuhur dan Ashar bagi pegawai dan karyawan-karyawan Pemkot Surabaya yang bekerja sesuai jam kerja aparatur sipil negara. Masjid Muhajirin juga bukan tempat untuk tidur sejenak di jam istirahat kerja yang acapkali oleh media diangkat menjadi angle berita miring, utamanya di bulan Ramadan seperti sekarang.
Untuk tahu keistimewaan masjid ini, jangan hanya ke sana ketika siang hari di waktu ba'da Sholat Dzuhur. Ke sanalah di pagi hari sekitar jam 7-an. Sampean akan menemukan betapa ada banyak pegawai Pemkot yang sebelum melakukan aktivitas kerja, mereka lebih dulu khusyu menunaikan Sholat Dhuha. Lantas berdizkir, membaca Al-Quran dan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Bukankah itu start paling manis bagi abdi masyarakat seperti mereka.
Bisa mengawali pagi sebelum bekerja dengan beribadah di masjid, akan memunculkan suasana batin yang tepat untuk bekerja melayani masyarakat. Bahwa semua pekerjaan yang akan dilakukan, diniatkan untuk ibadah. Jadilah mereka akan ikhlas dan berusaha maksimal dalam melayani masyarakat.
Masjid Sebagai Benteng Moralitas