"Makan sahur di New York, hanya berdua dengan anak di apartemen. Tidak ada kemeriahan acara teve tak ada suara tarkhim dari masjid, tak ada sahur keliling. Wahai, alangkah enak dan indah kehangatan beribadah puasa di Indonesia. Berpuasa di Indonesia terasa lebih religius dan nikmat".
Begitu postingan tulisan Prof Mohammad Mahfud MD di akun Instagramnya, Kamis (17/5) dini hari kemarin. Prof Mahfud memang menikmati sahur pertama bulan Ramadan tahun ini di New York. Beliau ada di Amerika Serikat untuk menemani putranya, Royhan Akbar yang diwisuda di Columbia Law School bidang hukum bisnis internasional. Dari fotonya, sahurnya Prof Mahfud memang "sepi". Berdua saja.
Pak Prof seperti mengungkapkan kerinduan sekaligus penegasan bahwa berpuasa di Indonesia itu terasa lebih nikmat. Sampean (Anda) yang pernah merasakan berpuasa di luar negeri, mungkin sependapat dengan pendapat Prof Mahfud.
Bagi saya yang sedari kecil mengenal puasa di sini, bila dikomparasikan dengan curhatan beberapa kawan yang kebetulan tinggal di luar negeri, memang ada nuansa yang bikin mereka kangen. Salah satunya nuansa ketika sahur.
Di sini, ada cukup banyak aktivitas seru yang bisa dilakukan ketika sahur. Aktivitas seru di waktu sahur itu bahkan dilakukan turun-temurun sehingga bisa menjadi ajang nostalgia masa lalu. Kita seolah diajak kembali mengingat masa lalu. Maksudnya, dengan merasakan momen seru di waktu sahur, kita bisa tersadar bahwa kita semakin bertambah umur.
Keseruan Waktu Sahur, Dulu dan Sekarang
Dan memang, bicara keseruan di waktu sahur, makna seru itu bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Seru itu bisa bergantung dari domisili tempat tinggal apakah di kampung atau di kompleks perumahan, status masing-masing apakah masih bujang atau berkeluarga hingga usia.
Dulu sewaktu masih bersekolah SD, bisa berkeliling kampung membangunkan sahur warga dengan membunyikan alat-alat seadanya yang penting bisa bunyi, menjadi keseruan di waktu sahur yang paling memacu adrenalin. Tak peduli gelap atau bahkan melewtai tempat-tempat yang konon katanya angker.
Atau juga keseruan sekadar membangunkan sahur dari pengeras di mushola setelah 'menginap' semalaman bareng teman-teman. Lalu, ketika televisi masih menayangkan acara-acara seru di waktu sahur, bisa makan sahur bareng keluarga di depan tivi sembari mencoba bolak-balik menelpon nomor kontak acara kuis berhadiah walaupun tidak bisa tersambung, itu sudah menjadi keseruan luar biasa.
Bagi saya, keseruan-keseruan itu kini hanya tinggal kenangan dan tidak bisa diulang. Bukan hanya karena saya tidak lagi tinggal di kampung, tetapi suasana di kampung sekarang pun sudah tidak ada lagi acara sahur seru seperti waktu masih bocah dulu. Yang masih bertahan hingga kini palingan suara membangunkan orang sahur yang bersahut-sahutan dari pengeras suara masjid atau mushola.
Momen Sahur Paling Seru di Zaman Now