25 November lalu, tidak sedikit dari kita yang mengucapan terima kasih kepada Timnas Thailand. Kala itu, Thailand memperlihatkan sebagai tim yang menjunjung tinggi nilai-nilai fair play dengan tidak mau ‘mengalah’ pada tuan rumah Filipina di pertandingan terakhir di Grup A. Thailand layak dikirimi ucapan terima kasih usai mengalahkan Filipina 1-0. Sebab, andai Thailand mengalah, Filipina lah yang akan lolos meski Indonesia menang selusin gol atas Singapura.
Dan, 18 hari setelah pertandingan menegangkan itu, Indonesia kembali berjumpa dengan Thailand di final Piala AFF 2016. Kali ini, pujian dan apresiasi untuk Thailand itu seharusnya sudah lewat. Thailand memang tim kuat. Mereka juara bertahan. Mereka juga hadir ke final dengan menyapu bersih lima laga dengan kemenangan. Bahkan, di semifinal, mereka menang agregat 6-0 atas Myanmar. Total, Thailand bikin 12 gol dan hanya kemasukan dua gol. Pendek kata, Thailand lebih diunggulkan di final ketujuh mereka di Piala AFF.
Namun, cukuplah predikat hebat Thailand itu membuat Tim Garuda lebih waspada dan lebih termotivasi. Itu saja. Tidak boleh ada kekaguman berlebihan pada Thailand yang memang mengagumkan. Tidak boleh ada ketakutan pada Thailand yang memang bikin takut lawan-lawannya. Sebab, Indonesia bisa menjebol gawang Thailand. Dua gol yang diderita Thailand dicetak Indonesia. Ya, Indonesia juara. Bila mengacu pada data statistik, kita punya peluang juara.
Simak data ini, sejak final Piala AFF menggunakan format home & away mulai edisi 2004, Thailand sudah empat kali tampil di final. Tapi, Thailand hanya bisa juara sekali. Tiga final berakhir duka. Dikalahkan Singapura di final edisi 2007 dan 2012. Juga dikalahkan Vietnam di final edisi 2008. Dan, kegagalan di tiga final itu terjadi setelah Thailand kalah di pertandingan final pertama.
Nah, final malam nanti merupakan pertemuan pertama Indonesia dan Thailand di final Piala AFF dengan format home and away. Memang, di final versi lama (sekali main), Garuda pernah dua kali dikalahkan Gajah: 1-4 pada final 2000 di Bangkok . Dan 2-4 (2-2) via adu penalti di final 2002 di Jakarta. Tapi, final dua kali ini cerita baru.
Dan, untuk menjadi juara dengan mengalahkan Thailand, kita bisa meniru cara nya Singapura. Di final 2007, Singapura menjadi tuan rumah di final pertama. Mereka menang 2-1 dan kemudian menahan Thailand 1-1 di Bangkok. Lalu, pada final 2012, kembali Singapura menjadi tuan rumah di final pertama dan berhasil menang 3-1. Di final kedua di Bangkok, mereka hanya kalah 0-1. Singapura pun juara dengan agregat 3-2.
Ya, andai Garuda mengalahkan Thailand di final pertama di Stadion Pakansari, Cibinong malam nanti, harapan merasakan juara untuk kali pertama di Piala AFF, terbuka lebar. Sebab, data statistik menunjukkan, dari enam kali final dengan format home away, semua tim juara adalah mereka yang berhasil menang di laga pertama.
Tentu saja, untuk jadi juara, tidak hanya bersandar pada catatan data statistik. Yang terpenting adalah adanya kemauan dan mental kuat untuk jadi juara. Faktor ini yang acapkali menjadi pembeda di laga final, bukan melulu soal teknik permainan. Dan untuk hal ini, Garuda rasanya kali ini lebih baik dibanding empat final Piala AFF sebelumnya.
Di Piala AFF 2016 ini, Thailand mungkin unggul segalanya dalam hal statistik permainan. Kecuali semangat juang. Ya, untuk urusan ini, rasanya tidak ada yang melebihi Garuda. Boaz Solossa dkk sudah memperlihatkan semangat juang yang kagak mau nyerah sejak laga melawan Singapura dan juga Vietnam. Tentu saja, luapan semangat juang itu harus dibarengi dengan kejelian menerapkan strategi menghadapi Thailand. Kita harus merapatkan jarak antar lini dan tidak boleh memberikan ruang leluasa bagi pemain-pemain Thailand, serta mengoptimalkan kecepatan dua pemain sayap kita. Kita harus membuat gol dan mencegah Thailand bikin gol away.
Tentu, itu tidak mudah. Melelahkan. Butuh stamina dan konsentrasi yang penuh dari awal hingga akhir pertandingan. Tapi, semoga Boaz Solossa dkk bisa terlecut semangat nya dengan kabar luar biasa antusiasnya masyarakat mendukung mereka. Ada puluhan ribu orang yang rela berjubel-jubel demi selembar tiket. Demi menyaksikan langsung Timnas main. Dan tentu saja, demi melihat Indonesia juara. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H