Masak iya sih kebiasaan hidup bersih dan sebuah senyuman, bisa menjadi pembuka jalan untuk menjadikan negara kita sebagai poros maritim dunia? Bagaimana bisa? Apakah judul tulisan ini terlalu berlebihan dan mengada-ada? Sama sekali tidak.
Hmmm saya tidak sedang mengigau ketika menuliskan judul pada tulisan ini. Sebaliknya, saya ingin berbagi cerita tentang sebuah fakta yang saya lihat. Fakta tentang betapa luar biasanya efek budaya bersih dan sebuah senyuman bagi citra sebuah kota di mata dunia. Saya menemukan fakta itu di Surabaya.
Mengulas Surabaya adalah membahas tentang sebuah kota yang menjadi terkenal di mata dunia karena “cara tidak biasa”. Pada umum nya, wilayah atau kota di Indonesia bisa populer di dunia dikarenakan punya wisata alam mempesona sehingga bisa menarik wisatawan mancanegara datang berkunjung. Itu yang membuat orang di luar sana seringkali spontan berucap “From Indonesia? I have visited Bali. It's great” ketika kita memperkenalkan diri dari Indonesia. Mereka mengenal Bali karena keindahan pulau nya.
Dan memang, siapa sih yang tidak ingin memiliki wisata alam indah yang bisa menjadi alat promosi kota di mata dunia? Rasanya, semua kepala daerah (provinsi, kota dan kabupaten) di negeri ini, amat sangat berharap wilayahnya bisa menjadi destinasi wisata skala internasional. Sebab, pariwisata merupakan sektor menjanjikan untuk bisa menambah pendapatan daerah. Karena pariwisata, tingkat hunian hotel naik. Restoran dan rumah makan penuh. Usaha Kecil Menengah (UKM) warga juga laris manis.
Kenyataannya, tidak semua wilayah di Indonesia diberkahi hamparan pantai-pantai indah atau gugusan gunung dihiasi air terjun menakjubkan. Bila begitu, kota-kota tersebut tentunya tidak bisa berharap pendapatan dari sektor wisata.
Kala Bersih dan Senyuman Jadi Pesona Kota
Kabar bagusnya, untuk meyakinkan tamu dari luar negeri datang berkunjung, nyatanya tak melulu harus dengan iming-iming wisata alam. Ada ‘magnet’ lain untuk menarik turis asing datang. Caranya dengan menonjolkan budaya bersih dan keramahan warga (selain tata ruang kota yang bagus). Ya, budaya bersih dan senyuman, bisa menjadi pemikat untuk menggoda tamu luar negeri berdatangan. Cara itu yang sudah dilakukan Surabaya.
Anda yang pernah tinggal atau sekadar mampir di Surabaya, pastinya tahu kota ini tidak diberkahi pesona alam yang bisa jadi destinasi wisata unggulan. Surabaya memang punya Pantai Kenjeran. Tapi, citra pantai nya belum se-wow seperti pantai-pantai di Bali atau Banyuwangi yang begitu eksotis. Itu yang membuat Surabaya dulunya hanya jadi kota transit. Wisatawan asing hanya mampir di Surabaya. Lantas menghabiskan waktu dengan pergi ke Bromo dan destinasi wisata alam lainnya di Jawa Timur.
Namun, seiring lompatan waktu, Surabaya nyatanya tak kalah dengan Bali dalam hal kuantitas kunjungan tamu mancanegara. Setiap tahun, sedikitnya empat kali kapal pesiar dari Eropa singgah di Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya. Selama beberapa hari, puluhan penumpang kapal pesiar itu menginap di Surabaya. Menikmati segala pesona kotanya. Bahkan, pada Juli 2016 lalu, dalam durasi tiga hari, ada lebih dari 3500 tamu mancanegara berdatangan ke Surabaya sebagai delegasi agenda anak organisasi PBB, UN Habitat: Preparatory Committe for Habitat III. Dan berlanjut pada pertengahan Agustus lalu, Surabaya jadi tuan rumah agenda Festival Seni Lintas Budaya (Cross Culture) yang dimeriahkan 158 peserta dari sembilan negara.
Lalu, apa “jualan nya” Surabaya sehingga kota ini bisa menjadi tujuan kunjungan warga dunia? Ternyata bukan melulu karena posisi nya yang strategis dan mudah didatangi dengan moda transportasi udara, darat dan laut. Juga bukan hanya karena penataan kota nya nyaman berupa jalan dan pedestrian yang lebar. Tetapi, modal utama Surabaya adalah budaya bersih dan keramahan warga nya. Karena dikelola dengan baik, budaya bersih dan keramahan itu menjadi daya tarik kota.
Tak percaya? Silahkan jalan-jalan ke Surabaya. Silahkan mampir ke taman-taman kota nya. Ada puluhan taman kota yang didesain sebagai ruang interaksi warga. Taman-taman itu bersih. Juga indah. Membuat betah siapa saja yang datang. Bahkan, hingga larut malam, taman kota seperti Taman Bungkul, Taman Prestasi dan Taman Mundu, masih ramai oleh aktivitas warga.