Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Ramadan, Waktunya Belajar Sabar di Jalanan

Diperbarui: 7 Juni 2016   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: properti.kompas.com

Marhaban ya Ramadhan. Ya, Ramadhan yang suci kembali tiba. Mulai hari ini, Senin (6/6), kita mengawali ibadah puasa. Tidak sekadar menahan lapar dan haus di waktu yang telah ditentukan. Ramadhan juga mengajak kita untuk bisa menahan nafsu. Juga menahan amarah sebagai perwujudan melatih kesabaran.

Bicara melatih kesabaran, permulaan Ramadhan kali ini sangat tepat. Tepat karena dimulai pada hari Senin. Ya, hari Senin. Bagi pekerja seperti saya yang harus tiba di kantor sebelum jam masuk (untuk finger print), Senin adalah hari yang menantang. Sebab, ketika Senin, semua orang seperti bangun pagi dan berangkat menuju tempat kerjanya masing-masing. Imbasnya, jalanan penuh sesak. Macet.

Dan bila sudah begitu, maka yang terpenting adalah bagaimana agar masuk kantor tidak terlambat. Sebab, bila telat, ada konsekuensi yang mesti ditanggung pekerja seperti saya. Maka, prinsipnya adalah yang penting tiba di kantor secepat mungkin. Prinsip itu yang kemudian memunculkan godaan untuk melakukan apa saja di jalan.

Yang terjadi, menerobos lampu merah jadi hal yang lumrah. Tetap mengencangkan laju kendaraan ketika ada pejalan kaki melintas di zebra cross, jadi hal jamak. Pengguna motor menaikkan kendaraannya ke jalur pejalan kaki (pedestrian) juga dianggap biasa. Juga melaju di sela-sela mobil lantas menghantam kaca spion mobil dan berlanjut bunyi klakson si pengendara mobil yang murah, menjadi kebiasaan. Atau, latah menyalahkan klakson agar kendaraan di depan kita segera melaju karena lampu baru saja bergser dari merah ke hijau.

Tidak hanya itu, amarah juga acapkali diumbar di jalanan. Di jalanan, kita mudah sekali marah ketika ada pengendara lain yang membunyikan klakson sembarangan. Kita mudah sekali emosi ketika ada pengguna jalan yang pasang lampu sein ke mana dan belok nya ke mana. Belum lagi bila ada pengguna jalan yang meludah sembarangan. Atau berjalan berjejer di jalan seolah-olah jalan sudah disertifikatkan atas nama dia.

Ah ya, Alhamdulillah, tadi pagi saya cukup sukses melatih kesabaran di jalan. Dari sekian lampu lalu lintas yang saya lintasi sepanjang jalan dari rumah menuju kantor, rasanya tidak ada yang saya langgar ketika berwarna merah. Biasanya sih ketika lampu merah--utamanya di jalan yang menurut saya tidak perlu diberi traffic light karena memang jalan sepi---bila tengok kanan kiri sepi, ya langsung wuuz. Tidak juga melintas zig zag di antara himpitan mobil-mobil. Biasanya sih begitu hehehe.

Mungkin karena jalanan memang tidak sepadat seperti Senin-senin biasanya. Mungkin karena jam masuk kantor yang mundur setengah jam dari biasanya. Mungkin karena saya berangkat lebih pagi sehingga kecil kemungkinan telat.

Tetapi, semoga saja, niatan untuk belajar sabar di jalanan itu, bukan hanya karena kemungkinan-kemungkinan yang saya tuliskan di atas. Tetapi karena memang ini Ramadhan. Ini saat yang tepat untuk melatih kesabaran di jalanan. Ini saat yang benar untuk meredam amarah di jalanan. Dan akan menjadi lebih manis jika ketika di jalan, kita juga tidak hanya diam dan bengong. Tetapi mulut kita basah oleh dzikrullah. Kita bisa mengganti lagu-lagu yang biasa kita nyanyikan dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline