Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Laga Pembuka Copa America 2016; Memori Escobar dan “Berkah” James Rodriguez

Diperbarui: 3 Juni 2016   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Copa America 2016 akan jadi panggung pembuktian bagi James Rodriguez/ESPN

Gerbang Copa America edisi 100 tahun, Centenario, akan dimulai Jumat (3/6/2016) waktu Amerika Serikat (Sabtu pagi waktu Indonesia). Laga antara tuan rumah Amerika Serikat (AS) melawan Kolombia, akan jadi ‘sajian pembuka’. Bukan laga biasa. Tapi, laga emosional yang memaksa kita mengingat kembali salah satu tragedi memilukan di sepak bola. Tragedi yang terjadi pada 22 tahun silam.

Ya, mari kembali ke masa 22 tahun silam. Ketika Kolombia dan Amerika Serikat bertemu di laga kedua fase grup Piala Dunia 1994. Kala itu, AS juga jadi tuan rumah. Sementara Kolombia datang dengan tim terkuat dengan pemain bintang seperti Carlos Valderrama, Freddy Rincon dan Faustino Asprilla. Legenda sepak boa Brasil, Pele bahkan menyebut Kolombia calon juara dunia setelah memuncaki fase kualifikasi zona Amerika Latin tanpa pernah kalah. Termasuk kemenangan 5-0 atas Argentina di Buenos Aires.  

Apa daya, di luar dugaan, Kolombia justru takluk 1-3 dari Rumania di laga pembuka. Maka, laga kedua melawan AS, jadi laga hidup mati bagi Kolombia. Namun, setengah jam lebih lima menit laga berjalan, gawang Kolombia jebol. Niatan bek Kolombia, Andres Escobar menghalau bola umpan crossing lawan, justru berbuah petaka. Bola nyelonong masuk ke gawang sendiri. Kolombia pun kalah 1-2. Dan itu membuat Kolombia out.

Dan, kita tahu apa yang terjadi setelahnya ketika rombongan tim Kolombia kembali ke negaranya. Escobar ditembak mati ketika pulang dari sebuah bar di Medellin. Dia diberondong peluru ketika menaiki mobilnya di parkiran. Pelakunya diduga mafia narkoba yang kalah taruhan akibat gol bunuh dirinya. Memang, selama gelaran Piala Dunia 1994, Kolombia yang lekat dengan sindikat narkoba, bertaruh apakah Kolombia bisa membawa pulang piala atau tidak. Ada yang mengancam gelandang Kolombia, Gabriel Gomez, bahwa mereka akan membunuhnya jika tim tidak bermain baik di turnamen dunia. Gomez pun ketakutan dan menarik diri dari tim.

Maka, terjawablah kegagalan Kolombia di Piala Dunia 1994. Mereka bermain dengan nyawa yang terancam. Kala itu, sepak bola bak “pembunuh bayaran” yang mengintai pemain-pemain Kolombia. Maka, yang terjadi di Amerika Serikat, pasukan Francisco Maturana, pada akhirnya bermain buruk.

Dan, 22 tahun kemudian, Kolombia kembali ke tanah Amerika Serikat. Kali ini bukan Piala Dunia. Tapi Copa America. Lalu, bagaimana peruntungan Kolombia kali ini ?

Dengan berada di Grup A bersama Amerika Serikat, Kosta Rika, dan Paraguay, seharusnya Kolombia bisa memperbaiki kesalahan mereka pada22 tahun silam. Hanya akan ada dua tim di masing-masing grup yang lolos perempat final. Dan, laga pertama melawan Amerika Serikat adalah kesempatan pertama Kolombia untuk menapaki jalan menuju perempat final (delapan besar).

Berbeda dengan 22 tahun silam, kali ini, tidak ada lagi nyawa yang terancam. Kolombia yang kini ada di peringkat empat rangking FIFA, tidak datang dengan situasi mengerikan bahwa “sepak bola adalah perang”. Kali ini, sepak bola adalah tentang kegembiraan. Ya. tim yang dijuluki “para pembuat kopi” alias Los Cafesteros ini datang dengan gembira.

Tanyakan pada Juan Cuadrado yang datang setelah merayakan gelar ganda bersama Juventus. Tanyakan pada James Rodriguez yang datang setelah merayakan gelar paling bergengsi di Eropa, juara Liga Champions bersama Real Madrid. Juga Carlos Bacca yang menjalani musim perdana di AC Milan dengan rapor bagus. Ketiganya akan menjadi pemain kesayangan pelatih Kolombia, Jose Pekerman untuk mendapatkan kegembiraan di Amerika Serikat.

Namun, yang paling berbahagia sejatinya adalah James Rodriguez. Kembali ke Kolombia bak pulang ke rumah yang menyenangkan. Dan, dimulai dari rumah yang menyenangkan itulah, prestasi seorang bisa terangkat. Karena rumah bisa memberikan energi yang tidak bisa didapati seseorang ketika dirinya merantau dan terasing.  

Di Real Madrid, James memang seolah terasing. Dia memang ikut berpesta merayakan gelar Liga Champions. Tapi, itu perayaan kosong baginya. Apalah artinya pesta bila dirinya sama sekali tidak ikut bermain. Sekadar meihat dari pinggir lapangan. James memang bukan pemain favorit pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane. Dia acapkali dibangkucadangkan. Situasi itulah yang membuat legenda Kolombia, Carlos Valderrama sempat protes kepada Zidane. "Dia (Zidane) tida menyukai James". Begitu kata Valderrama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline