Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Dari Tulisan-tulisan Pak Tjiptadinata Effendi, Kita Bisa “Bercermin”

Diperbarui: 21 Mei 2016   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ada ratusan ribu nama yang terdaftar di Kompasiana. Dan, rasanya semuanya bisa menulis. Menulis apa saja. Dari tulisan yang paling ringan (sekadar menulis tanpa membutuhkan data-data atau latar belakang masalah), hingga “tulisan berat” yang untuk membacanya butuh segelar air putih untuk jeda. Tetapi, tidak semua orang di Kompasiana ini mampu menulis seperti pak Tjiptadinata Effendy.

Saya sama sekali belum pernah bertemu dengan pak Tjiptadinata Effendy. Apalagi bercakap-cakap dengan beliau. Tetapi, dari membaca tulisan-tulisannya, dari membaca komentar-komentarnya di ‘lapak orang lain’, saya menganggap pak Tjiptadinata sangat pantas menjadi teladan bagi semua yang ada di Kompasiana.

Apa yang istimewa dari pak Tjiptadinata sehingga beliau layak jadi teladan bagi penulis-penulis di Kompasiana? Ada beberapa hal yang saya kagumi dari beliau yang akan saya ungkap lewat tulisan ini.

Istiqomah Menulis

Rasanya banyak orang di Kompasiana yang berkeinginan menulis istiqomah (kontinyu). Tidak sulit untuk berkeinginan bisa menulis di Kompasiana minimal satu tulisan dalam sehari. Itu terkesan sangat mudah. Toh, satu tulisan saja. Namun, ternyata sungguh tidak mudah melakukannya. Seringkali, atas nama kesibukan kerja, mem-posting satu tulisan rasanya susah luar biasa. Kesibukan itupula yang seringkali merampas mood bagus dan selera menulis.

Dalam hal keistiqomah an menulis, saya salut dengan pak Tjip (untuk selanjutnya saya panggil Pak Tjiptadinata dengan panggilan ini). Beliau sangat produktif. Dalam sehari, saya seringkali melihat ada tulisan pak Tjip yang berpose manis di etalase headline, nilai tertinggi atau terpopuler. Malah, dalam sehari, pak Tjip bisa menaikkan dua hingga tiga tulisan di Kompasiana. Saya termasuk yang paling bersemangat membaca tulisan-tulisan nya pak Tjip.

Melihat ke-istqomah-an Pak Tjip dalam menulis, membuat saya kadang merasa malu. Malu karena meski saya bergabung di Kompasiana lebih dulu dibanding beliau nya, tetapi jumlah tulisan saya kalah jauh. Saya gabung di Kompasiana pada 28 Desember 2010 setelah tertarik dengan testimoni seorang kawan.

Sementara pak Tjip, bergabung di Kompasiana pada 15 Oktober 2012. Sejak saat itu, hingga Sabtu (21/5/2016) pagi ini ketika beliau tepat berusia 73 tahun, Pak Tjip sudah menghasilkan 1950 tulisan! Wow. Sungguh luar biasa. Saya? Tulisan saya bahkan tidak sampai ‘setengah’ nya tulisan Pak Tjip. Lha wong saya dulu termasuk jenis Kompasianer yang on off (sekarang pun kadang masih begitu). Kadang aktif kadang ngilang. Pernah dalam empat bulan hanya menghasilkan satu tulisan. Bahkan pernah benar-benar off tidak menulis selama 1,5 tahun.  

Padahal, saya yakin pak Tjip juga punya kesibukan luar biasa. Tetapi, karena kecintaan nya yang luar biasa besar pada menulis, beliau selalu “bernegosiasi dengan waktu” untuk mau diajak menulis. Lha wong naik naik angkutan umum di Australia saja bisa jadi tulisan yang luar biasa detail. Rasanya hanya orang-orang yang punya semangat dan niat tulus yang mampu melakukannya.  

Semangat besar Pak Tjip dalam menulis di usianya yang sudah 73 tahun inilah yang bisa kita napaktilasi. Dari pak Tjip, saya bisa belajar, menulis itu bukan urusan bisa atau tidak bisa. Tetapi, mau atau tidak mau. Selama ada kemauan menulis, tulisannya pasti jadi.  

Pak Tjiptadinata Tidak Sekadar Menulis

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline