Faatimah Az-Zahrah, terlahir 19 tahun yang lalu di daerah terpencil bernama Loloan yang ku kira telah mengalami kemajuan beberapa tahun terakhir. Tidak ada yang istimewa dengan kehidupanku, diadopsi sejak berusia 3 tahun oleh misan ibu kandungku.
Itu adalah nasib aku menyimpulkannya, iya... nasib menjadi anak angkat.
........
Walau pernah ku rasakan asi ibu,
tapi aku rindu belaiannya yang sudah tak aku kenali lagi.
Aku masih ingat tangis ku waktu itu, tangis akan dilepas oleh ibu,
tangis malam pertamaku akan menginap di rumah orang yang sama sekali belum aku kenali.
Kini semuanya sudah berlalu... yah kini aku telah dewasa dan akan menentukan nasibku sendiri...
...
Ibu angkatku bukanlah tidak memiliki anak, malah satu anak laki-laki dan tiga anak perempuan telah dia lahirkan. Keluarga yang bahagia, dengan penuh limpah kasih sayang, aku merasakannya, aku begitu dimanja entah oleh ibu, ayah dan kakak-kakak ku. Apapun yang aku inginkan pastilah akan diberi, karena secara status ekonomi mereka bisa dikatakan menengah keatas. Selain itu, aku tidak pernah merasa kekurangan, mereka begitu menyangi anak yang sekarang menjadi anak paling bungsu diantara keluarga mereka, Zahrah... iya begitu mereka memanggilku. Nama yang indah bukan...?. Katanya nama itu kakek yang memberi, tentunya kakek dari keluarga asliku.
Dirumah rumah keluarga baruku, sungguh aku tidak pernah di ajari untuk tidak mengenali siapa ibuku yang sebenarnya. Aku masih ingat, setiap minggu bapak dan ibu angkatku selalu mengajakku berkunjung kerumah ibu walaupun hanya untuk beberapa jam saja... rumah kami pun tidak jauh jaraknya, kira-kira 2 km. Pada kesempatan itu, memang ibu tidak mengajakku bermain dan bahkan jarang sekali dia menggendongku, aku tidak tau mengapa. Waktu itu sungguh aku ingat "rengekan" rindu akan belaiannya, ciuman "gregeten" manja atasku, aku ingat lari sikecil seolah ingin diraih olehnya, aku ingat semua tentang itu, tapi sungguh ibu tidak datang padaku, dia hanya sering melepaskan senyuman dan menyebut namaku saja "Az-zahrah kesini nak" itu katanya menyambutku. Ibu lebih sering di ranjang dan tidur mengenyamping. Saat kepulanganku pun, dia tidak pernah mengantarku sampai di depan pintu dan melambaikan tangannya. iya... aku lebih sering bersalaman dan mencium tangannya di kamar jika hendak diajak pulang kerumah orang tua angkatku.