Lihat ke Halaman Asli

Hadeyede

Nurul Hidayah

Rasisme Aksen Bahasa dalam Satu Ikatan Bangsa

Diperbarui: 10 Juli 2021   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : kompas.com

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki wilayah sangat luas, terbentang dari Sabang sampai Merauke. Wajar kiranya jika Indonesia memiliki berbagai macam kebhinekaan yang timbul karena masyarakatnya yang majemuk. Salah satu dari keberagaman itu adalah penggunaan bahasa yang berbeda disetiap daerahnya. Bahasa merupakan kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Konteks bahasa kerap berkaitan erat dengan identitas yang kita sandang. Oleh karena itu, hal ini juga menjadi penyebab munculnya berbagai macam bahasa yang digunakan oleh masyarakat Indonesia dengan tujuan untuk mengetahui identitas lawan bicara secara tidak langsung.

Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atau Badan Bahasa memetakan dan memverifikasi bahwa Indonesia memiliki bahasa daerah yang berbeda sejumlah 652. Jumlah ini diperoleh dari proses verifikasi sejak 1991 -- 2017. Namun, demikian jumlah ini dapat berubah seiring berjalannya waktu. 

Walaupun bahasa daerah di Indonesia terhitung banyak, namun sejak 28 Oktober 1928 telah ditetapkan bahwa Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional negara Indonesia. 

Ditetapkannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimaksudkan tidak lain adalah agar semua warga Indonesia dapat tetap berkomunikasi meskipun mereka berasal dari daerah yang berbeda. Bahkan aksen bahasa daerah yang mereka ucapkan saat terlibat dalam percakapan bahasa Indonesia terkadang juga menjadi ciri khas tersendiri.

Akan tetapi ciri khas aksen bahasa daerah ini rupanya belum bisa dicerna dengan baik oleh masyarakat Indonesia terutama bagi mereka warga ibukota yang kesehariannya menggunakan bahasa nasional yakni Bahasa Indonesia. Pasalnya, ternyata masih ada saja mereka yang seolah-olah meremehkan aksen bahasa daerah yang kadang masih terbawa saat berdialek bahasa Indonesia dan yang paling sering dirasis adalah aksen Bahasa Jawa.

Orang jawa yang berbahasa Indonesia tetapi ia masih terbawa dengan aksen bahasa daerahnya biasanya sering disebut dengan "medok". Menurut mereka, bahasa medok adalah bahasa yang hanya digunakan oleh orang yang Jawa yang kental dalam tradisional. Lalu dari sini mereka berasumsi bahwa dalam ketradisionalan merupakan kepekatan dari ketertinggalan. 

Bagi mereka, kurang pantas kiranya jika hal-hal yang berbau ketertinggalan berbaur dengan mereka yang berindikasi modern. Padahal, ketradisionalan bukanlah suatu ketertinggalan, melainkan adalah suatu pelestarian. Sungguh ini adalah pemikiran yang salah, tapi nyatanya memang begitulah.

Peristiwa rasisme bahasa di Indonesia

Problema ini dikutip dari beberapa mahasiswa asal Jawa yang berkuliah di ibukota dan ketika terlibat dalam perbincangan Bahasa Indonesia mereka terlabel medok karna aksen jawanya. Mereka yang fasih berbahasa Indonesia seringkali enggan untuk bergaul atau membawa teman mereka yang berbahasa Indonesia medok karena dianggap memalukan.

Hal ini juga diungkapkan secara terang-terangan di postingan tweet akun Twitter seseorang yang demikian merasa malu berteman dengan orang-orang medok. Bersyukurnya, postingan tersebut di cela oleh netizen-netizen budiman yang paham akan makna dari toleransi. Kemudian sebenarnya mana yang memalukan, mereka yang tetap melestarikan kekayaan Bahasa daerah bangsa Indonesia atau mereka yang menganggap rendah si pelestari Bahasa daerah?

Rasanya memang sepele jika hanya karena aksen. Namun jika hal ini diremehkan dan dibiarkan begitu saja, tentu ini akan menjadi satu rasisme untuk negara kita yang katanya adalah "Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Selain itu rasisme dalam penggunaan aksen ini juga menodai makna dari Sumpah Pemuda alinea ke-dua yang berbunyi "Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline