Sering dengar kalau manusia hidup di bumi ini seharusnya menjadi seorang khalifah di muka bumi? Menjadi khalifah artinya menjaga dan merawat apapun yang ada di bumi. Menjadi khalifah berarti harus mampu menebarkan manfaat dan tidak mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Namun, yang terjadi sering kali manusia mengabaikan hal tersebut. Manusia lupa bahwa dia hidup di dunia ini tidak sendirian, ada makhluk hidup lain yang juga menghuni bumi. Manusia seharusnya menyadari bahwa mereka tinggal di hamparan luas bumi untuk hidup berdampingan dengan makhluk lain terutama dalam hal ini hewan yang memiliki otak seperti manusia (meskipun tidak memiliki akal). Mereka pun memiliki hak hidup yang sama. Kewajiban kita sebagai makhluk hidup yang lebih berakal untuk mengerti mereka.
Sangat disayangkan, masih banyak orang yang tidak peduli dengan hewan. Terutama hewan yang terlantar di jalanan seperti kucing atau pun anjing. Hal ini karena kurangnya edukasi tentang kesejahteraan hewan dan tingkat kepedulian yang rendah dari individu. Masih banyak kasus yang bisa kita temui bertebaran di media sosial tentang oknum-oknum atau orang yang tidak bertanggungjawab dan melakukan kekerasan pada makhluk tak bersalah. Padahal, Undang-Undang Peternakan Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan telah mengatur mengenai perlindungan hewan dan ancaman hukuman bagi pelaku kekerasan.
Kekerasan terhadap hewan akhir-akhir ini semakin marak. Mbak Ria, salah satu perwakilan dari Komunitas Sahabat Kucing Jogja mengatakan bahwa motif untuk melakukan kekerasan terhadap hewan tergantung dari manusianya sendiri. Ada yang menganggap kalau kucing itu hama atau musuh. Bahkan Mbak Ria beserta teman-teman dari Sahabat Kucing Jogja pernah menangani kasus kucing yang diracun. “Jadi salah satu tetangga sebelah rumah saya itu ngeracun kucing-kucing yang ada di situ. Mereka menganggap jika kucing itu adalah hama,” ungkapnya. Pak Dedi, Ketua Sahabat Kucing Jogja pun menambahkan, “Orang itu bisa juga motifnya karena tekanan atau depresi Mbak. Jadi, mungkin menyangkut hal lain tapi pelampiasannya pada hewan tersebut. Kayak kemarin kami sempat waktu itu malam-malam di Bantul, itu kucing nggak salah apa-apa tahu-tahu ditendang.”
Tapi makin kesini makin banyak juga orang yang lebih peduli dengan kesejahteraan hewan terutama hewan yang tidak memiliki pemilik di jalanan. Berkat media sosial yang bertumbuh cepat dan mampu menyebarkan informasi dengan meluas, semakin hari semakin banyak orang yang aware terhadap hewan terutama hewan yang dapat dipelihara. Apalagi sejak pandemi covid mulai ada, orang-orang yang tidak bisa berinteraksi dengan dunia luar pun akhirnya memilih untuk memlihara hewan seperti cupang, kucing, kelinci, dan masih banyak lagi. Postingan-postingan tersebut bertebaran di media sosial sehingga secara tidak sadar dapat mempengaruhi orang lain dan membuat hati tergerak untuk lebih peduli pada hewan.
Beberapa waktu lalu kami pun sempat mengunjungi sebuah penampungan hewan bernama Rumah Kucing Parung. Rumah Kucing Parung didirikan berawal dari kecintaan owner (Bu Dita Agusta) terhadap kucing dan banyak terjadinya animal abuse. Bu Dita mengawalinya dari merescue beberapa kucing hingga saat ini jumlah kucing yang berada di @rumahkucingparung telah mencapai ratusan ekor kucing. Bu Dita berharap semakin banyak orang yang peduli terhadap kucing dan berhenti untuk menyiksanya. “Bagi saya, sedekah untuk manusia sudah ada porsinya masing-masing. Kalau kucing siapa yang peduli? Malah lebih banyak disakiti, dianiaya.” Menurut Bu Dita, setiap makhluk (dalam hal ini kucing) memiliki hak hidup yang sama dan setara dengan manusia, itu yang seharusnya disadari. Jangan beranggapan hanya kita yang berhak hidup.
Kepedulian pada hewan terlantar pun tidak melihat seberapa kaya kita. Selama kita masih bisa menolong, kenapa tidak dilakukan? Seperti gambar di bawah ini. Ibu Balqis hanyalah seorang pekerja serabutan yang tinggal di jalanan dengan kondisi yang serba kekurangan, apa kita tidak malu dengan posisi ekonomi yang serba berkecukupan?
Jika kamu menemui orang yang kurang peduli dengan hewan namun punya potensi untuk itu, mungkin kamu bisa mencoba untuk mengajaknya berteman dengan peliharaanmu atau jika bisa mengajaknya untuk mengadopsi hewan dari penampungan. Memelihara salah satu jenis hewan dapat menjadi salah satu upaya yang mungkin bisa dilakukan (apabila tidak trauma dan tidak takut) untuk meningkatkan kepedulian terhadap hewan juga. Ini setidaknya mampu membuat kita lebih bersimpati pada hewan. Apalagi dengan memelihara hewan dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan fisik dan psikis pemiliknya.
Hal lain yang bisa dilakukan menurut Pak Dedi adalah melalui edukasi kekerasan terhadap hewan. Ketua Sahabat Kucing Jogja tersebut mengatakan bahwa “Untuk edukasi kekerasan terhadap hewan itu perlu, sangat perlu. Namun sebenarnya butuh campur tangan pemerintah terutama dinas terkait yang mengurusi tentang hewan, nggak cuma kucing ya. Bagaimana cara mengedukasi masyarakat secara baik dan benar, bagaimana mereka bisa menjaga lingkungannya dari perilaku orang-orang yang mungkin tidak suka dengan hewan peliharaan. “
“Bisa juga melalui kunjungan ke sekolah-sekolah mulai dari tingkatan bawah sampai menengah. Paling nggak ya dari sesi akademis kalau lulus mereka sudah tahu (kekerasan pada hewan) jadi tidak melakukan perilaku buruk tersebut.” Lanjut Pak Dedi. Edukasi mengenai kepedulian dan kesejahteraan hewan pun telah banyak digemborkan di media sosial contohnya di laman instagram @suarasuakaindonesia dan @nathasatwanusantara.
Kesimpulannya siapapun wajib untuk melakukan sesuatu demi kesejahteraan hewan setidaknya di lingkungan sekitar. Kepedulian pada hewan bukan hanya bagi mereka yang memiliki peliharaan, tapi bagi seluruh umat manusia. Menolong hewan bagaimanapun keadaannya dan bagaimanapun bentuk pertolongannya. Memang kita tidak menjanjikan kehidupan. Tapi setidaknya kita memberikan pertolongan, karena membiarkannya tidak membuat keadaan menjadi makin baik.