Lihat ke Halaman Asli

Hade Nadia Husnia

Learnerpreneur

Kpopers: Berawal dari Hobi, Berkontribusi pada Negeri

Diperbarui: 22 Maret 2021   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lightstick, salah satu printilan kpop yang dikoleksi kpopers (pict from : https://id.pinterest.com/pin/306878162114569319/)

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara dengan aspek sosial budaya yang beragam banyaknya. Bangsa kita merupakan bangsa yang serbamulti, mulai dari bahasanya hingga budayanya. Seiring terjadinya perubahan zaman, berbagai kebudayaan pun mulai masuk ke Indonesia. Salah satunya, Korean waves. Anak muda di Indonesia pun mulai mengikuti kebudayaan dari Korea tersebut karena notabene-nya berisi kesenangan seperti musik dan drama yang jadi perhatian khusus di kalangan anak muda.

Bagi mayoritas orang di Indonesia pastilah tidak asing dengan istilah 'Kpopers'. Kpopers adalah istilah bagi orang yang tergila-gila dengan kebudayaan Korea. Demam Kpop atau Korean wave memang memberikan dampak yang cukup besar bagi Negara Kepulauan ini, nyata dan amat terasa terutama di kalangan anak muda pada era ini.

Bagi beberapa orang ketika mendengar kata 'Kpopers' mungkin akan berpikir tentang kefanatikan mereka terhadap negeri Ginseng dengan budaya maupun dramanya. Namun, sayangnya mereka dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang, baik itu di lingkungan sekitar maupun di ranah sosial media. Karena hobinya ini, banyak Kpopers yang menjadi korban labelling, padahal persepsi orang tentang mereka tidak sepenuhnya benar. Tak jarang pula ada yang menganggap mereka tak mencintai Negara sendiri dan membuang waktu saja.

Mungkin tidak salah juga pemikiran non-Kpopers itu. Sebagian besar Kpopers memang menghabiskan waktunya untuk mendukung boygroup atau girlgroup yang mereka sukai, membeli pernak-pernik atau printilan Kpop, mengumpulkan uang jajan demi tiket konser, dan hal lainnya yang dianggap tidak berfaedah. Tapi, apa jadinya jika ternyata yang terjadi bukan sepenuhnya demikian? Justru merekalah yang sedikit-banyak memberi dampak positif bagi Negara ini.

Contohnya ada Jenifer Wirawan atau biasa disapa JW, yang merupakan seorang content creator dan KPop cover singer yang berturut-turut memenangi lomba menyanyi dari KBS World Radio (radio resmi Korea selatan) pada tahun 2017 dan 2018. Lalu ada juga Tiffany Afifa (seorang dokter muda) dan Alphiandi (seorang content creator) yang berhasil meraih gelar tertinggi untuk kategori vokal dalam kompetisi Kpop World Festival tahun 2017 mengalahkan 12 negara lainnya. Melalui hobi mereka menyanyi dan mengikuti perkembangan Kpop, mereka dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah Internaonal. Tentu saja masih banyak lagi kontribusi lain yang diberikan Kpopers pada Negara ini. Salah satunya dengan mengadakan penggalangan dana untuk wilayah yang terkena musibah dan penyaluran donasi untuk yang membutuhkan. Selain menunjukkan rasa cinta, mereka pun menunjukkan sisi kemanusiaan yang mereka miliki.


Jadi kesimpulannya, tidak semua pecinta Korea bisa disamaratakan dengan menyebut-nyebutnya sebagai 'yang tidak mencintai tanah air'. Karena banyak yang menunjukkan prestasi dan pengaruh mereka bagi Negara. Menjadi Kpopers bukan berarti mengurangi rasa kecintaan terhadap tanah air. Dan justru melalui komunitas bahasa dan budaya Korea yang mereka bentuk, mereka ingin tumbuh bersama untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki demi bangsa dan tanah air.

Pesan buat kamu, Kpopers dan Non-Kpopers

Jadi Kpopers boleh saja, asalkan masih dalam batas yang wajar dan dapat mengerjakan hal-hal yang menjadi kewajiban (menyeimbangkan hak-kewajiban), serta jadikan ini sebagai pemicu untuk menghasilkan karya yang memberi dampak bagi kemajuan bangsa. Untuk non-kpopers, pesan yang ingin disampaikan adalah coba lihat sekelilingmu dengan kacamata (perspektif) yang berbeda dan hargailah hobi orang lain. Kamu juga pasti memiliki hobi serupa kan, mungkin menyukai Jepang atau yang lainnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline