Lihat ke Halaman Asli

Pesan Laki-laki Tua yang Setia dengan Kejujurannya

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Enam puluh tahun yang lalu.  Waktu aku masih sekolah SD.  Aku selalu diingatkan oleh kakekku agar selalu jujur.  Dalam kondisi apa pun.

"Apa pun yang terjadi, ya Had," kata Kakekku.

"Kalau terpaksa?" godaku.

"Walaupun langit akan runtuh, kamu harus tetap jujur.  Nabi juga mewanti-wanti kejujuran itu.  Bukan yang lain," kata Kakek serius.

Kalau kakek serius, aku tak mau menggodanya lagi.

Semua bisa dinegosiasi dengan kakek.  Hanya satu.  Yang pantangan dinegosiasikan dengan kakek.  Yaitu kejujuran.  Kejujuran bagi kakek adalah harga mati.  Tak boleh bertukar dengan kebohongan.

Kakek memang hidup sederhana.  Hiasannya adalah kejujuran.  Maka, siapa pun, termasuk anak-anak dan cucu-cucunya akan mendengarkan petuah kakek tentang kejujuran yang sudah menyatu dengan kehidupan kakek.

Tapi, hari ini, aku ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK.  Maka, aku tak bisa lagi bisara tentang kejujuran pada anak-anakku, pada cucu-cucuku.  Mereka pasti akan menertawakanku jika aku masih berani bicara tentang kejujuran.

Aku hanya bisa membayangkan hari-hariku ke depan.  Tinggal di penjara.  Mungkin bahkan sampai ajal tiba.  Apa yang harus aku katakan pada kakek jika nanti berjumpa di akhirat sana?

Ah, sebuah penyesalan.  Lupa pada pesan kakek.  Laki-laki tua yang setia dengan kejujurannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline