[caption caption="Salah satu pesan di pintu dewan guru Dayah Entrepreneur soal penggunaan bahasa. Dok Pribadi"][/caption]SUDAH lama saya tidak bertandang ke Kompasiana, sesekali datang langsung menuju dasbor melihat statistik yang kian hari tanpa ada perubahan.
Pada dasarnya kali ini saya hanya ingin sedikit bercerita pengalaman dan pengamatan yang tidak berapa lama ini menyempatkan diri atau lebih tepatnya diajak untuk bertandang ke salah satu dayah di kawasan Bunyoet, Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen.
Sudah sejak lama ajakan bertandang ke dayah sampai ke telinga saya, namun apa dikata terkadang waktu dan lokasi membuat jodoh tak kesampaian. Akhirnya pada hari Sabtu 27 Februari lalu hasrat tersebut teramini dan langsung terjun ke lokasi melihat sendiri aktifitas siswa-siswi yang keseharian mereka digembleng agar menjadi generasi mandiri.
Kisah awal bermula ketika salah satu pengurus Yayasan Acheh Strategic Development (ASD Foundation) Mudastsir atau lebih akrab dipanggil Tgk Muda dikalangan blogger Aceh meminta saya untuk berdiskusi soal kompetisi Wirausaha Sosial Mandiri (WSM). Pasalnya, Tgk Muda ini terpilih menjadi salah satu finalis dari delapan peserta dari Aceh yang dinyatakan lolos ke Medan untuk mempresentasikan usaha atau program yang mereka lakoni selama ini di depan dewan juri pada 2 Maret lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Tgk Muda membawa program ASD Foundation yang telah lama bergelut di bidang sosial masyarakat khususnya di Bireuen dan daerah Aceh pada umumnya. Berhubung sebelum berangkat ke Medan, Tgk Muda pun mempersiapkan sejumlah bahan dan materi yang salah satunya, yaitu membuat profil singkat tentang kehadiran Dayah Entreprenuer dan unit intensif agribisnis peternakan terpadu ASD Farm di komplek dayah tersebut.
Mengenal Lebih Dekat ASD Foundation
Dari kota Bireuen ke komplek Dayah Entreprenuer akhirnya kami menempuh perjalanan kesana dengan mengendarai motor yang berjarak sekitar 10 kilometer, sembari berkendara santai saya pun berbincang-bincang soal kehadiran dayah tersebut.
"Dayah Entreprenuer itu salah satu wujud dari lembaga pendidikan yang dilahirkan oleh ASD Foundation pada tanggal 17 Maret 2015 lalu kepada masyarakat di Bireuen agar generasi disini (Bireuen, pen) bisa juga merasakan pendidikan dengan kesungguhan hati untuk didik menjadi wirausaha," jelas Tgk Muda.
Tgk Muda menyebutkan, hal inilah yang menjadi perhatian dari Pimpinan Dayah Entreprenuer Aceh (DEA), Tgk Nasruddin Ahmad untuk melahirkan dayah yang dulunya di daerah Bunyoet tersebut tidak lebih dari lahan mati dengan bangunan beton yang tak lagi berpenghuni bertahun-tahun akibat tidak ada pihak yang mau mengurusnya.
"Sekarang komplek dayah sudah berdenyut kembali, masyarakat sekitar pun mulai merasakan kembali kehadiran lembaga pendidikan yang tentunya menjadi kebanggan bagi desa setempat," sebutnya.
Tak terasa sekitar 30 menit perjalanan, saya pun memasuki komplek dayah. Rumput liar dengan ilalang menyambut kedatangan saya dipagi hari itu. Rasa-rasanya saya seperti masuk daerah pedalaman, suasana sepi dan jauh keramaian terasa sekali, padahal komplek dayah ini hanya sekitar 500 meter dari jalan nasional lintas Bireuen - Takengon.
Selain itu, tepatnya disebelah DEA ini juga terdapat lembaga pendidikan agama, tapi lagi-lagi suasana riuh tidak begitu terasa. Kami berdua pun akhirnya memasuki komplek, dimana kiri dan kanan jalan masuk komplek dayah ini terhampar lahan yang begitu luas puluhan hektar yang beberapa sisinya sudah ada bangunan beton permanen yang kini difungsikan sebagai sarana penunjang pendidikan seperti kelas belajar, perpustakaan, masjid, asrama, gedung serba guna, green house dan lainnya.