Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Media Digital Membentuk dan Menyebarkan sebuah Budaya?

Diperbarui: 25 Juli 2024   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era digital yang serba cepat ini, media digital telah menjelma menjadi raksasa tak kasat mata yang merambah hampir setiap aspek kehidupan manusia. Pengaruhnya tak hanya sebatas informasi dan komunikasi, tetapi juga merambah ke ranah budaya. Berbeda dengan media tradisional seperti televisi dan radio yang bersifat statis dan searah, media digital menawarkan platform yang dinamis, interaktif, dan partisipatif. Hal ini membuka gerbang pertukaran budaya yang lebih luas dan cepat, melampaui batas ruang dan waktu.

Dahulu, budaya terikat pada tradisi lisan, warisan turun temurun yang dipelajari dan dilestarikan dalam lingkup keluarga dan komunitas. Kini, media digital menjadi wadah baru bagi penyebaran budaya. Konten kreatif, ide-ide segar, dan nilai-nilai budaya dapat dengan mudah dibagikan dan diakses oleh khalayak luas. 

Perkembangan ini membawa angin segar bagi pelestarian budaya, khususnya budaya lokal yang terancam punah. Media digital memungkinkan para pelaku budaya untuk menjangkau audiens yang lebih luas, memperkenalkan budaya mereka kepada generasi muda, dan bahkan menginspirasi kolaborasi antar budaya.

Namun, di balik manfaatnya yang besar, media digital juga menyimpan potensi bahaya yang harurs diwaspadai dan meningkatkan literasi digital yang mampu memjadi benteng perlindungan utama di era gempuran meluasnya media digital di setiap kalangan.

Media digital selalu mempunyai cara tersendiri untuk bisa menyebarkan dan menciptakan budaya baru yang menjadi konsumsi publik. terlebih lagi masyarakat yang bersifat heterogen, memudahkan akses berjalannya budaya baru dan berkembanganya budaya lama. 

1. Media Digital sebagai Wadah Kreativitas Budaya

Media digital menyediakan platform bagi individu dan komunitas untuk mengekspresikan budaya mereka melalui berbagai bentuk konten, seperti video, musik, gambar, dan tulisan. Platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan Facebook menjadi wadah bagi para kreator untuk menuangkan ide dan ekspresi mereka untuk menyebarkan budaya yang dimilliki. Dengan demikian, terciptanya wadah baru yang lebih luas dapat merangsang ide kreatifitas dalam berkarya dan mengembangkannya dalam bentuk sebuah tontonan budaya yang dapat di nikmatin oleh khalayak. 

2. Tren dan Tantangan Budaya Baru

Konten-konten kreatif di media digital dapat dengan mudah viral dan diadopsi oleh masyarakat luas, sehingga memicu tren dan tantangan budaya baru. Contohnya, tren "Om Telolet Om" yang muncul di Indonesia beberapa tahun lalu, dipicu oleh video viral di media sosial dan kemudian menjadi fenomena budaya yang diikuti banyak orang. 

3. Pelestarian Budaya Lokal

Media digital membuka peluang bagi budaya lokal untuk dikenal dan dilestarikan. Platform seperti YouTube dan Instagram memungkinkan para pelaku budaya lokal untuk membagikan pengetahuan dan tradisi mereka kepada khalayak yang lebih luas. Contohnya, komunitas seni tradisional di Indonesia yang menggunakan media sosial untuk mempromosikan karya mereka dan menjangkau audiens baru. Pengetahuan bertambah akan menciptakan sebuah rasa memiliki yang dapat dijadikan suatu acuan untuk berkembangnya sebuah budaya serta menjaga kelestariannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline