Lihat ke Halaman Asli

Habibul Khoiri

Manajemen Universitas NU Surabaya

Kreasi Ramah Lingkungan: Mengubah Sampah Dapur menjadi Pupuk Berkualitas Melalui Pengolahan Sampah

Diperbarui: 6 Agustus 2023   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa KKN Unusa Menyampaikan Materi (Dokpri)

Oleh: Afni Virda Alfadina (Mahasiswa KKN UNUSA Kelompok 20)

Tempat dan Tanggal: Desa Menunggal, 04 Agustus 2023

KKN 20 - - Mahasiswa KKN UNUSA kelompok 20 Desa Menunggal melakukan sosialisasi untuk pengolahan sampah organik dengan mengubah sampah dapur menjadi pupuk hingga bahan pembersih lantai. Kegiatan ini dilaksanakan di balai desa Menunggal, Kedamean, Gresik pada hari Senin (24/07/2023)

Program kerja sosialisasi pengolahan sampah organik ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian kami selaku mahasiswa KKN kepada warga sekitar tentang pengolahan sampah organik yang bisa lebih dioptimalkan. Kondisi pengolahan sampah di desa Menunggal cuma terbatas pada pembakaran sampah organik dan menjual kembali sampah anorganik plastik ke pengepul dan itupun bukan bergerak dibawah naungan desa. Hal ini menjadi titik fokus kami untuk membantu pengolahan sampah secara mandiri yang mungkin bisa dilakukan oleh masyarakat luas sendiri, di lain sisi juga masyarakat masih belum menerapkan pemisahan sampah organik dan anorganik.

Alfian Daffa Saputra, pemateri dalam sosialisasi pengolahan sampah kali ini, mengusulkan ide untuk mengubah sampah organik seperti kulit buah dan sisa sayur yang belum dimasak menjadi pupuk kompos. Selain pupuk, hasil dari pengolahan sampah itu bisa digunakan untuk membersihkan lantai rumah, perabotan makan, bahkan untuk mengusir tikus dari dalam rumah.

Nama hasil pengolahan ini disebut Eco-Enzyme, fermentasi kulit buah yang dicampur dengan gula merah atau molase dan air. Sampah organik yang digunakan harus kulit buah, daging buah dan sisa sayuran yang masih segar dan belum diolah serta tidak busuk. Komposisi dalam pembuatan juga tidak sembarangan, dengan perbandingan bahan 1 ons gula merah : 3 ons kulit buah : 1 liter air bersih. Dalam proses fermentasinya tidak boleh terpancar sinar matahari, tidak boleh diletakkan ditempat lembab, tidak boleh dekat dengan elektronik yang memancarkan radiasi dan tidak boleh dibuka selama minimal 3 bulan atau 90 hari.

Kegunaan dari Eco-Enzyme beragam dengan berbagai ketentuan dalam penggunaan. Semisal dalam kegunaannya bisa untuk membersihkan luka luar dengan cara ditotolkan Eco-Enzyme menggunakan cotton Bud atau kapas, lalu jika digunakan untuk mandi dengan perbandingan Eco-Enzyme : Air yaitu 1ml : 300ml. Kegunaannya yang luas inilah yang menjadikan alasan kami memilih untuk mensosialisasikan Eco-Enzyme ke masyarakat luas dengan harapan masyarakat desa Menunggal bisa menggunakannya untuk menghemat biaya diberbagai aspek kehidupan mulai dari pekerjaan hingga kebutuhan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline