Sulit dipercaya para aktivis lesbian dunia berhasil menarik massa pendukung bahkan aktivis-aktivis baru lahir di negeri berbudaya ketimuran ini. Setelah bertahun-tahun berjuang akhirnya kini mereka berani menunjukkan eksistensinya dan berusaha agar dibenarkan oleh pemerintah dan masyarakat.
Di antara dari usaha-usaha yang mereka lakukan untuk menjaring pemuda-pemudi baru untuk menjadi aktivis berbendera pelangi ini adalah dengan membuat film. Dan diantara film tersebut adalah Avatar: The Legend of Korra.
AVATAR THE LEGEND OF KORRA
Nilai-nilai yang secara halus sedang ditanamkan oleh para aktivis lesbian dalam film ini sebenarnya sangat banyak tapi karena diselingi dengan nilai filosofis yang mendalam, masuknya pesan itu tidak akan begitu terasa. Pesan-pesan itu adalah:
JANGAN BERHARAP BANYAK PADA LAKI-LAKI
Lewat tokoh Mako yang suka selingkuh, penonton diajak untuk pesimis dengan jumlah laki-laki baik di dunia ini. Film itu seolah berkata pada penontonnya yang perempuan: "Laki-laki memang akan selalu bikin sakit hati. Jadi jangan berharap apapun pada mereka, apalagi cinta! Bertemanlah saja dengan perempuan. Karena perempuan tak akan membuatmu kecewa."
Tentunya ini adalah cara pikir pesimistik a la lesbian. Bagaimana menurutmu?
PEREMPUAN JUGA BISA JADI PEMIMPIN
Kalian tahu tidak kalau avatar itu artinya utusan alias Nabi/Rasul? Jika kalian seorang yang memiliki iman, coba jawab apakah dalam agama kalian ada perempuan yang jadi Nabi? Dalam agama semitik pun dengan jelas dinyatakan bahwa perempuan tidak bisa jadi hakim. Jika kalian beriman, tentu kalian percaya bahwa Dia menetapkan aturan itu untuk kebaikan laki-laki dan perempuan. Ketika Korra dinyatakan jadi avatar, jelas sekali film ini ingin menyatakan kalau ia tidak sependapat dengan semua agama!
Dapatkah perempuan menggantikan posisi laki-laki sebagai pelindung dan pengayom? Well we will find it out later, tapi jika seseorang sudah meyakini hal ini maka tidakkah itu berarti kita tinggal menunggu waktu sampai ia membenarkan perilaku para lesbi yang merasa tidak butuh campur tangan laki-laki untuk mendirikan sebuah keluarga?