Lihat ke Halaman Asli

Jangan Pernah Berbagi Impian

Diperbarui: 16 Februari 2023   01:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mempunyai impian itu menyenangkan, seseorang akan termotivasi untuk berjuang lebih keras dari biasanya kalau dia memiliki impian, rasanya menggebu-gebu, tak tertahankan dan ingin segera mencapainya.

Impian itu kadangkala diceritakan kemana-mana, ke keluarga, sahabat, teman terdekatnya bahkan kepada orang lain yang baru dikenal, lama-lama rasanya seperti sindrom pemimpi, yang terpenting tak bermimpi di siang bolong kan?

Impian itu menyenangkan untuk diperjuangkan, tetapi yang selama ini keliru itu impian yang tak seharusnya diceritakan bahkan dibagikan, apalagi kalau mengajak untuk ikut bersama-sama mengejar mimpinya.

Wah bisa runyam hidup ini kalau itu dilakukan, sungguh tindakan yang sembrono, yang mana penulis pun dulu melakukan kebodohan yang serupa. memiliki impian, membagikan dan mengajak orang. Nahasnya kalau yang kita temui itu adalah orang yang tidak sefrekuensi, alih-alih setuju justru malah memberikan penolakan yang beragam, paling apes kalau penolakannya menyakitkan, pada akhirnya kita tidak malah bersemangat, justru semakin down dengan berbagai macam penolakan sampai berpikir sepertinya benar ya penolakan mereka, pembaca pernah mengalami?

Sayangnya ini yang tidak disadari oleh banyak anak muda yang masih polosan bak pantat bayi, ditambah brainwashing dari pada motivator gadungan yang menjajakan diri dari kampus ke kampus mencari prospek anak muda dengan iming-iming ilmu yang tidak diajarkan di sekolah, semangat entrepreneur.

Penulis masih ingat bagaimana cara mereka berbicara omong kosong, menceritakan bila memiliki impian haruslah diceritakan, terimalah banyak penolakan, kuatkan mentalmu dan keluarlah dari zona nyamanmu.

Jenis motivator seperti itu hanya akan merusak mindset para tunas muda yang sedang bertumbuh, penulis menyadari menjadi motivator di Indonesia itu tidak ada persyaratan ketat, sertifikasi khusus dan lisensi, jadi siapa saja bisa jadi motivator asal pede dan memiliki cerita inspiratif yang menarik, bahkan mengarang pun bisa.

Tetapi mereka-mereka yang tidak dibekali fundamental keilmuan yang cukup justru bisa membahayakan audient, kata-kata sugesti yang salah akhirnya akan mendorong tindakan-tindakan yang sembrono. jadi jangan pernah mempercayai motivator-motivator yang lebih banyak berbicara daripada bertindak, itu fake guru namanya.

Baik kembali lagi pada topik utama, bahwa jangan pernah menceritakan impianmu dan berbagi impian kepada siapapun, siapapun itu mereka memiliki kapasitas dan latarbelakang yang berbeda-beda, berbeda dari dirimu, kalaupun dirimu mendapatkan respon positif, belum tentu itu akan memperoleh tindakan yang seperti yang kamu harapkan, ujung-ujungnya kecewa.

Dan ingatlah walaupun caranya sama, itu bukan berarti kapasitas rejekinya sama loh, sangat-sangat salah pemahaman seperti ini, hilangkan kalau sempat terlintas di pikiranmu. Rezeki tiap orang berbeda beda, ibaratkan begini walaupun ada pedagang, katakanlah pedagang A dan pedagang B memiliki usaha yang sama di tempat yang tidak jauh, katakanlah usaha nasi goreng, pertanyaannya apakah usahanya akan sama-sama laris atau sama-sama sepi? Tidak juga, hasilnya tidak ada yang sama. Itu contoh sederhana ya walaupun hidup tiada yang semudah itu.

Sampai sini penulis ingin menekankan untuk tidak berbagi mimpi pada siapapun, cukup diam dan bergerak sunyi dalam kesuksesan, diamlah dan berusahalah dengan sembunyi-sembunyi, cukup berbagi hasil dari kesuksesan tanpa perlu repot menjelaskan dari mana kesuksesanmu berasal, kamu tak perlu berlelah-lelah mejelaskan, biarlah mereka yang mencari tahu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline