Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Bukan Cuma Jakarta Bung!

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika orang kota minta disubsidi.....

“Mobil murah itu enggak Bener. Yang bener itu ya transportasi umum murah.” Demikian kata Jokowi menanggapi program LCGC. Sekilas apa yang dikatakan Jokowi ini tampak benar. Tapi, hey, memangnya kalau mobil murah tidak ada, akan ada transportasi umum murah? Membangun transportasi umum butuh biaya, sementara kebijakan mobil murah biayanya hanya loss opportunity cost dari penerimaan pajak. Kini, pemerintah dikatakan enggak bener dan dikatakan yang bener mensubsidi transportasi publik? Lalu, yang mensubsidi KRL selama ini siapa? Pemprov DKI?

Wacana yang berkembang selama ini adalah transportasi massal harus disubsidi. Masalahnya, siapa yang mensubsidi? Kalau melihat pemberitaan yang berkembang, tampaknya pemerintah pusat yang disuruh mensubsidi, untuk MRT 70%!!! Dan ini bagi saya adalah ironi.

Kota Besar Banyak Subsidi

Tinggal di kota besar itu enak. Banyak subsidi. BBM disubsidi, listrik disubsidi, infrastruktur dibangunkan. Bandingkan dengan daerah tertinggal. Jangan bicara BBM bersubsidi, SPBU saja tidak ada sehingga harga satu liter premium bisa puluhan ribu. Listrik? Banyak yang belum ada sehingga harus swadaya. Terbayang berapa ongkos yang harus mereka tanggung untuk menyalakan genset, itu pun listrik yang dihasilkan tidak stabil dan dalam jangka panjang bisa merusak peralatan elektronik mereka lebih cepat.

[caption id="" align="aligncenter" width="571" caption="Ketika orang kota minta disubsidi....."][/caption]

Dan ironisnya, orang kota yang banyak disubsidi itu dari segi pendapatan per kapita kebih tinggi daripada di daerah tertinggal. Anda mungkin bisa beralibi, di kota besar toh banyak orang miskin. Iya, di kota besar banyak orang miskin, apalagi di daerah tertinggal! Jangan heran kenapa di kota besar banyak orang miskin, mereka adalah orang daerah yang mengungsi ke kota karena kota besar banyak fasilitas dan subsidi.

Orang-orang di daerah mungkin hanya bisa geleng-geleng melihat orang kota yang makmur itu, yang punya mobil dan beberapa sepeda motor dalam satu rumah, sampai ribut karena harga BBM naik Rp2.000,00/liter saja. Orang-orang daerah juga mungkin hanya bisa geleng-geleng ketika sumpah serapah dilayangkan karena listrik mati 3 jam, sementara mereka tidak bisa menikmati. Di beberapa daerah yang menikmati, listrik hanya menyala 12 jam, dari jam 18.00-06.00. Malu ah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline