Lihat ke Halaman Asli

Habibah Solehah

Linguistik dan Sastra

Manfaat Tradisi Halalbihalal untuk Mencegah "Pareumeun Obor" dalam Masyarakat Sunda

Diperbarui: 24 Mei 2022   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah seluruh umat muslim di dunia melaksanakan ibadah puasa satu bulan lamanya, tibalah pada hari kemenangan yang fitri. Takbir bergema tak terputus dari masjid-ke masjid, dari surau-ke surau, dari rumah-ke rumah, dari lisan- ke lisan, hingga dari hati setiap muslim.  

Tangan-tangan saling berjabat di pagi hari seraya lisan mengucapkan Minal a'idin walfaidzin ditambah dengan ucapan "mohon maaf lahir dan batin", maka berguguranlah dosa dari tangan yang saling berjabat.  

Setelah dua kali lebaran melaksanakan solat Idulfitri dalam bagian-bagian kecil di surau untuk mengurangi penyebaran virus covid-19, kini Alhamdulillah umat muslim di seluruh daerah di Indonesia dapat Kembali serentak melaksanakan solat idulfitri di satu tempat yang luas.

Bukan hanya sampai pada jabatan tangan, namun masyarakat kembali mengangkat besarnya manfaat tradisi halalbihalal setelah diperkenankannya kembali sesi mudik untuk merayakan Hari Raya Idulfitri 1443 H yang bertepatan pada 2 Mei 2022. Meskipun idulfitri telah berlalu, namun, suasana dan rencana bersilaturahmi tetap berjalan hingga saat ini dengan judul rencana halalbihalal idulfitri.

Adapun beberapa tujuan dari halalbihalal yang menjadi tradisi masyarakat Indonesia adalah agar terjaganya hubungan kekeluargaan yang harmonis. Bukan hanya itu, beberapa keutamaan halalbihalal lainnya pun menjadi alasan yang kuat, 

Dari Ibnu Syihab dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari). Rezeki bukanlah hanya sebatas materi, melainkan keluarga yang harmonis, kesehatan, serta kebaikan-kebaikan lainnya dalam kehidupan.

Di dalam masyarakat Sunda terdapat istilah "pareumeun obor" yang berarti tidak mengenal keluarga atau nenek moyang karena tidak ada yang memberitahukan (Sumantri. dkk., 1985: hlm.313) kehilangan komunikasi dan terputusnya pengenalan generasi atau turunan dari keluarga besar merupakan kesadaran yang kini menjadi kekhawatiran banyak generasi.

Atas dasar kekhawatiran tersebutlah, masyarakat berharap istilah pareumeun obor tidak terjadi dalam keluarga, atau jika sudah terlanjur terjadi, maka sebagai keluarga yang sadar akan terjadinya preumeun obor patut mengingatkan, dan merencanakan pertemuan keluarga besar yang bertujuan untuk mengenalkan keluarga satu sama lain.

Terlebih lagi, jika dalam pertemuan keluarga terdapat tausiyah yang mengingatkan akan pentingnya silaturahmi, sungguh pertemuan yang penuh manfaat. 

Keberkahan tercurah pada setiap jengkal di tempat tersebut, banyak hal yang dapat menjadi sebabnya obrolan berlangsung, di antaranya seperti sesi makan Bersama. Melalui sesi tersebut, akan terjalinnya obrolan yang lebih ringan, namun penuh keakraban.

Tetapi, ada banyak hal pula yang harus diingat dalam suasana keluarga besar, terlebih dengan ragamnya latar belakang perbedaan. Jangan sampai latar belakang perbedaan tersebut menjadi penghalang atau pembentur hubungan yang seharusnya harmonis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline