Pernahkah kamu mendengar satu kata yang sama, tapi memiliki makna yang berbeda ketika digunakan?
Contoh kecilnya, adalah kata duka. Dalam Bahasa Indonesia, kita mengenal bahwa kata duka bermakna susah hati atau bersedih hati. Namun, lain halnya dengan Bahasa Sunda yang mengartikan kata duka dengan makna tidak tahu.
Contoh lainnya adalah kata gedang. Jika kamu mengatakan kata gedang pada orang Jawa, maka mereka akan membayangkan buah berwarna kuning berupa pisang. Sedangkan jika kamu mengatakan kata gedang pada orang Sunda, maka mereka akan membayangkan buah berwarna oranye berupa pepaya.
Barangkali, contoh-contoh seperti di atas tidak lagi asing bagi kamu bukan?
Jika membicarakan hal ini dari perspektif psikologi komunikasi, ternyata kata-kata itu tidak memiliki makna loh. Dan makna yang ada pada sebuah kata dibuat oleh manusia yang menggunakan kata tersebut.
Kata duka, dimaknai sedih hati oleh orang Indonesia, dalam hal ini, orang yang belum mengerti bahasa Sunda. Dan dimaknai tidak tahu oleh orang Sunda. Kata gedang, dimaknai pisang oleh orang Jawa, dan dimaknai pepaya oleh orang Sunda.
Atau, contoh lain yang masih di Bahasa Indonesia deh. Kata manis misalnya. Ketika kita sedang membicarakan makanan, tentu manis yang dimaksud adalah rasa manis gula. Lain halnya ketika kita sedang membicarakan seseorang dan berkata, "Senyumnya manis, ya". Maka sudah tentu manis yang dimaksud adalah menarik hati atau menyenangkan.
Jadi, sekarang sudah tidak heran lagi, kan, kenapa ada kata yang memiliki makna berbeda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H