Lihat ke Halaman Asli

Indonesia 2014-2019; Tidak Tuli, Tidak Buta

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13880247361520269513

"Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia masih besar hingga Maret 2013 Mencapai 28,07 Juta Orang." (Badan Pusat Statistik)

Oleh:

Aa Habib Baihaqi

(Ketua BEM FPIK Unpad 2013-2014)

Tanpa terasa sekitar 5 hari lagi kita akan menuju tahun 2014, sebuah tahun perubahan yang akan membawa sejarah baru bagi bangsa ini. Pada tahun tersebut tonggak kepemimpinan Indonesia akan kembali dipertaruhkan dan semua ini akan menjadi dasar arah kebijakan 5 tahun ke depan. Tak bisa dipungkiri, “2014” segera datang dan kita pun menjadi satu bagian dari banyaknya jeritan rakyat yang sudah bosan dengan banyaknya “JANJI MENGGODA” tanpa bukti.

Pada tahun 2014 nanti Indonesia akan menginjak umur 69 tahun, umur yang sudah ideal untuk menjadi bangsa yang besar dan maju. Pada tahun ini akan ada banyak tantangan yang harus kita hadapi baik dari segi perekonomian, keamanan, sosial, politik dan HAM. Terlebih pada tahun ini kita juga ditantang untuk mempersiapkan diri menyambut ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang akan sangat berpengaruh besar bagi eksistensi Indonesia di mata dunia. Sehingga dengan kenyataan seperti ini tidak ada lagi jawaban terbaik selain diperlukannya pemimpin yang benar-benar berjiwa pemimpin dengan hati, integritas dan moral yang baik.

Berbicara pemimpin memang berbicara tanggun jawab. Sebuah tanggung jawab yang bukan semata-mata bermakna melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai tanpa adanya dampak yang berarti bagi yang dipimpinnya. Melainkan jauh dari itu, yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah upaya maksimal seorang pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pihak yang dipimpinnya. Dengan demikian, karena hakekat kepemimpinan adalah tanggung jawab dan wujud tanggung jawab adalah kesejahteraan, maka bila orang tua hanya sekedar memberi makan anak-anaknya tanpa memperhatikan nilai gizi atau bahkan pendidikan serta masa depannya kelak maka hal ini masih jauh dari makna tanggung jawab yang sesungguhnya. Demikian pula dengan negeri tercinta ini, bila seorang presiden dalam memimpin negerinya hanya sebatas menjadi “Pemerintah” saja namun tidak membuat kebijakan yang memihak kaum kecil dan rakyat miskin, sebuah kebijakan yang sejatinya hanya membahagiakan kaum konglomerat dan “teman-teman dekatnya” maka apa artinya sebuah kepemimpinan tersebut. Sangat iba memang ketika sebuah kebijakan yang awalnya bercerita mewakili dan memperjuangkan rakyat namun pada akhirnya malah mencederai hati rakyat. Oleh karenanya ketika sebuah kepemimpinan dalam suatu negeri tidak dapat membawa kesejahteraan terhadap rakyatnya maka tanggung jawab pemimpinnya harus dipertanyakan.

[INDONESIA 2014-2019; Tidak Tuli, Tidak Buta] Pemimpin yang benar-benar memperhatikan jeritan dan nasib rakyatnya.Kini, saatnya kita lebih berperan aktif dalam membawa sebuah perubahan untuk Indonesia yg lebih maju karena pada dasarnya kita semua memiliki tanggung jawab yang sama. Seperti yang telah diingatkan Rasululullah dalam hadistnya yang saya jadikan penutup dalam tulisan sederhana ini; “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya. (HR. Bukhori dan Muslim).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline