Kita akan membahas tentang konsep budaya kerja keras, yang dikenal juga sebagai hustle culture. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana berbagai negara di seluruh dunia menerapkan budaya kerja keras serta mengidentifikasi ciri-ciri utama dari budaya ini.
Pengertian Hustle Culture
Budaya kerja keras atau hustle culture merujuk pada situasi di mana seseorang terus bekerja tanpa memperdulikan aspek kehidupan pribadinya. Setiap negara memiliki sebutan khas untuk budaya kerja keras ini.
Di Tiongkok, budaya kerja keras dikenal sebagai "996" (sembilan sembilan enam), yang berarti bekerja dari pukul sembilan pagi hingga sembilan malam selama enam hari dalam seminggu. Banyak perusahaan teknologi seperti Alibaba dan JD.ID menerapkan pola kerja ini.
Di Jepang, konsep serupa disebut "karoshi," di mana pada periode tahun 2000-2004, lebih dari 6 juta orang di Jepang bekerja selama 60 jam per minggu (Iwasaki, Takahashi, dan Nakata, 2006).
Di Indonesia, budaya kerja keras juga telah menjadi pengalaman umum di kalangan generasi milenial. Menurut Komunitas Kala Krisis dari Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, satu dari tiga pekerja di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental akibat jam kerja berlebihan.
Dalam era pandemi saat ini, seruan untuk tetap produktif dari rumah telah memunculkan tren baru dalam budaya kerja keras, yang perlu dihadapi dengan bijak. Gaya hidup yang sering disebut sebagai "gila kerja" ini memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental, menyebabkan depresi dan masalah kesehatan lainnya.
Bagaimana Kita Bisa Mengetahui Pengalaman Budaya Kerja Keras Secara Tidak Sadar? Terdapat beberapa ciri yang bisa dikenali, seperti kurangnya keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, sering mengalami kelelahan berlebihan, serta selalu terpikirkan oleh pekerjaan.
Ciri-Ciri Hustle Culture
- Tidak ada work life balance
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang dikenal sebagai work-life balance, terganggu. Orang yang terjerat dalam budaya kerja keras sering kali bekerja bahkan saat berlibur, seperti memeriksa email atau mengoperasikan laptop saat makan.
- Burnout atau lelah berlebih