Saya hanyalah orang yang ingin menyampaikan review buku yang baru terbit sekitar sebulan yang lalu, berjudul Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas.
Tanpa kehilangan obyektifitas, sejak lembar pengantar penerbit, kata pengantar penulis hingga status pertama pada buku ini, sudah terlihat Angle yang menggambarkan sosok politisi yang cerdas, sabar dan pantang menyerah dari Anas Urbaningrum (AU) versus Permainan politik kotor SBY dengan kroni-kroninya yang disebut Bani Cikeas.
Keluarbiasaan Anas tersebut, tergambar sejak Anas berencana dan kekeh maju mencalonkan diri menjadi ketua umum Partai Demokrat (PD), namun ditentang habis-habisan oleh kubu Bani Cikeas. Sopan santun yang ditunjukkan dalam penolakan hadangan Bani Cikeas agar tidak maju sebagai calon ketua umum PD periode 2010-2015, menjadi awal mula perjuangan mulia Anas dalam meladeni kekuatan dan faksi-faksi yang menginginkannya mundur dengan cara apapun.
Dari buku yang sempat hilang dari peredaran ini, tergambar betapa mulianya Anas. Setelah terpilih sebagai ketua umum PD, ditengah-tengah pusaran politik para sengkuni yang terang-terangan menginginkannya mundur, Anas masih saja mau menggandeng anak bungsu SBY untuk menjadi Sekretariat Jendral (Sekjen) PD dan kroni-kroni cikeas lainnya duduk di jajaran DPP PD. Hal ini menunjukkan Anas mengabaikan prilaku lazim yang dilakukan oleh pemenang The Winner Takes All.
Hal yang lebih menarik didalam buku ini, ialah ketika satu demi satu, rentetan peristiwa Kudeta Anas dipaparkan secara gamblang melalui opini dan fakta-fakta singkat yang diperoleh penulis langsung dari teman penulis atau narasumber, Anas Urbaningrum.
Penulis mencoba menggambarkan, apapun yang dilakukan Anas untuk memperoleh restu SBY sebagai ketua umum PD pada akhirnya sia-sia. Anas Bagaikan Bayi yang lahir tidak diharapkan, begitulah ungkapan dalam Pidato mundurnya Anas dari ketua umum PD. Rentetan peristiwa usaha penggulingan Anas terlihat jelas, mulai dari permintaan sejumlah pejabat PD kepada Anas untuk turun dari ketua umum karena turunnya elektabilitas PD pada survei SMRC, bocornya sprindik penetapan tersangka Anas, hingga rapat majelis tinggi yang menghasilkan poin-poin pengkudetaan Anas. Tidak lama setelah hasil rapat majelis tinggi PD diumumkan, dengan alasan yang tidak rasional, Anas ditetapkan KPK sebagai tersangka dan resmi mundur dari Jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. Saat personal massage dalam BBM Anas berbunyi “Nabok Nyilih Tangan” penulis memaknai, bahwa SBY telah menggunakan KPK untuk menjatuhkan Anas. Sehingga memunculkan kesan bahwa tersangkanya Anas bukan karena hukum namun karena politik. Belum lagi pemberitaan Tempo yang sangat terang menyoroti kasus yang melibatkan Anas.
Pada intinya, selain ketangguhan sosok Anas Urbaningrum, buku ini menggambarkan persoalan kegaduhan internal PD dimulai ketika Anas maju sebagai calon ketua umum PD pada Kongres yang diadakan pada tahun 2010 di Bandung. Jika saja Anas tidak maju sebagai calon ketua umum PD, Anas bukanlah siapa-siapa, kegaduhan tidak akan ada dan buku berjudul Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas tidak akan pernah ada.
saya tidak berpihak ke kubu kemanapun, karena saya tidak tahu banyak poliitik, terlebih Partai Demokrat. Tetapi sekelumit intrik-intrik yang dipaparkan didalam buku menjadi sangat menarik dan istimewa untuk dibaca dan dikonemtari.
Mari berkomentar Kompasioner :D
Hanya orang baru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H