Lihat ke Halaman Asli

Hanifah NurNabilah

Mahasiswa Hukum Keluarga STIS HK Kuningan

Bagai Pedang Bermata Dua: Peran dan Dampak Arus Sosial Media bagi Kelestarian Bahasa Indonesia

Diperbarui: 20 Desember 2024   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kemajuan teknologi pada saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai lini kehidupan. hal ini terjadi karena banyaknya penemuan-penemuan mutakhir yang diciptakan oleh manusia untuk mempermudah kehidupannya di muka bumi. Tak terkecuali perkembangan teknologi informatika, yang pada zaman dahulu informasi hanya mampu didapatkan melalui lisan dari mulut ke mulut, kemudian berkembang menjadi tulisan dalam media batu, kayu dan lain sebagainya, hingga akhirnya sampai pada masa kini yaitu hanya dengan satu klik dapat membuka jendela berbagai informasi yang sangat luas.

Salah satu dari kemutakhiran teknologi informatika saat ini adalah dengan adanya berbagai platform social media, yang mana tujuan awal dari adanya sosial media adalah sebagai penghubung satu orang dengan orang lainnya melewati batas jarak dan waktu. Artinya jika dahulu seseorang berkomunikasi jarak jauh dengan kode-kode, kemudian terhubung dengan media telepon yang hanya berupa suara, hingga sampai pada masa kini dimana teknologi komunikasi berkembang hingga memungkinkan seseorang untuk terhubung dengan orang lain di berbagai belahan dunia secara real time dan face to face.

Dengan adanya sosial media tersebut tentunya membuat semua orang saling berlomba untuk dapat menyesuaikan diri dan mengembangkan potensi-potensi yang dapat memberikan berbagai keuntungan maupun kelebihan. Hal ini menunjukkan bahwa arus sosial media memiliki peran penting dalam aspek kehidupan sosial manusia. Salah satunya adalah aspek komunikasi yakni penggunaan bahasa. Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indobesia adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi, bekerjasama, dan mengindentifikasi diri. Diantara peran dari adanya arus sosial media bagi aspek bahasa, khususnya untuk kelestarian bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional negara dan juga bahasa daerah sebagai bahasa ibu adalah berikut;

  • Mempermudah akses informasi kebahasaan, yakni denga adanya sosial media memberikan peran positif berupa kemudahan dalam mengakses informasi mengenai Bahasa Indonesia dimana pun dan kapan pun serta oleh siapa pun.
  • Mempermudah pembelajaran, yakni dengan arus sosial media yang berkembang akan mempermudah pengembangan aplikasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan tingkatan usia dan kemampuan penggunanya.
  • Mempermudah fasilitas publikasi karya, yakni mempermudah seseorang untuk mendapatkan berbagai fasilitas dalam mempublikasikan karya-karyanya melalui berbagai platform media sosial.
  • Memberikan fasilitas dalam promosi penggunaan bahasa yang baik dan benar, dengan adanya kemajuan arus sosial media yang dapat merangkum berbagai sumber-sumber informasi terutama mengenai penggunaan bahasa yang baik dan benar.
  • Membantu meningkatkan kesadaran, adanya sosial media juga dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melestarikan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah dengan berbagai upaya melalui platform sosial media maupun sumber-sumber informasi lainnya.

Kemudian terdapat juga dampak negatif dari arus sosial media, yakni;

  • Munculnya bahasa-bahasa gaul yang berlebihan, seperti bahasa alay, bahasa singkatan, campuran huruf, angka dan simbol yang tentunya bertentangan dengan kaidah bahasa baku. Terkadang berbagai bahasa gaul yang muncul juga berakibat pada miskomunikasi atau kesalahpahaman.
  • Munculnya penggunaan bahasa asing yang berlebihan, arus sosial media yang luas sehingga menghubungkan satu negara dengan negara lain berakibat pada penggunaan bahasa campuran yang berlebihan, misalnya campuran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang dikenal dengan logat jaksel.
  • Munculnya penggunaan bahasa yang tidak standar, karena bercampurnya budaya-budaya membuat penggunaan bahasa menjadi tidak sesuai dengan standar yang ada. Hal ini berakibat pada kesalahpahaman dalam komunikasi/
  • Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bahasa baku atau Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) karena masyarakat banyak mengadposi penggunaan bahasa gaul sehingga pemahaman terhadap bahasa yang baik dan benar mulai pudar.
  • Hilangnya rasa bangga terhadap Bahasa Indonesia maupun bahasa daerah, karena arus sosial media membuat masyarakat tercampur dengan budaya-budaya luar, membuat penggunaan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah dianggap tidak trendi atau tidak gaul sehingga masyarakat kehilangan rasa bangga terhadap bahasa nasional tersebut.
  • Adanya percampuran Bahasa Indonesia dan bahasa daerah dengan bahasa asing yang berakibat pada memudarnya kemurnian Bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa arus sosial media adalah layaknya pedang bermata dua yakni memiliki peran positif namun juga dibarengi dengan adanya dampak negatif bagi kelestarian Bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Peran kita sebagai warga negara Indoneisa tentunya adalah dengan melestarikan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah agar selalu tetap eksis dan tidak pudar oleh kemajuan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline