Ilustrasi: retailmenotBermula dari saya meneruskan meme Mia Khalifa kampanye menggunakan hijab kepada wanita-wanita di dunia barat sana melalui grup Whatsapp (WA). Ternyata banyak teman-teman perempuan saya yang tidak tahu siapa itu Mia, mengapa saya posting meme itu sambil pasang emoticon muka ketawa sampai nangis.
Tak kurang mereka langsung googling dengan kata kunci Mia Khalifa. Kemudian kembali ke obrolan grup dengan ketawa-ketawa. "Ooooo........... Mia itu artis porno ya...." katanya.
Ah, ibu-ibu yang baik... yang terjaga dari hal-hal yang tidak etis. Lanjutkan!
Saya sendiri kurang begitu tau apakah kampanye Mia itu beneran atau tidak, Mia benar-benar insyaf atau tidak. Lagian, saya juga kurang peduli soal-soal begini. Saya hanya ikut-ikutan latah share kontradiksi yang rentan dibelokkan isunya. Kan bahaya kalau hijab sudah hilang kesuciannya kalau para bintang porno pakai tapi masih tiap hari kerjaannya itu. Lebih-lebih kalau mereka lagi shooting begituan pakai hijab!
Namun, ketika obrolan WA itu jadi menjurus ke saru (Jawa: porno), agar saya tidak kena marah oleh para akhi dan ukhti, saya dengan tajamnya membelokkan obrolan menjadi sedikit serius. Saya kutip ulang bahasa saya biar tidak boros ngetik:
"Yah, semoga guyonan di grup ini yang sampai membahas Mia Khalifa, dimaknai sebagai informasi baru yang membuat ibu2 makin aware. Saya tahun kemarin mengkritik mas ipar, yang memperbolehkan anaknya yang baru kelas 5 SD punya akun twitter dan instagram, tapi tidak untuk facebook.
Saya bilang: HELL NO!! Tak tunjukin beberapa kata kunci di twitter dan instagram, lalu sontak dia terkaget-kaget karena video porno berdurasi 30 detik bermunculan. Bahkan di sana banyak anak berseragam SD dan SMP secara vulgar merekam diri!!!"
Saya sendiri terkaget-kaget setelah membaca kalimat sendiri. Anakku kan sekarang sudah berumur 4 tahun. Dan sudah mulai ketagihan nonton Masha and the Bear di Youtube, Wuuuaaaaa.............
Obrolan pun berlanjut. Ibu-ibu makin seru dengan kekhawatiran mereka karena rata-rata anaknya sudah kecanduan gadget. Bahkan, yang anaknya belum diberi izin memegang gadget-pun sudah mulai nagih. Alasannya bermacam-macam. "Biar kalau telpon mama bisa keluar fotonya," begitu katanya.
Permintaan anak-anak memang sederhana, tapi susah benar bagi kita orang dewasa menjawab dengan bijak. Jika kita jawab takut anak-anak nanti kebablasen mengakses situs porno atau situs kekerasan, bukankah justru kita membuka jalan terang hasrat penasaran si anak? Di sisi lain, bagaimana kita secara vulgar menunjukkan ke anak kalau kita tidak mempercayai mereka? Pusing kan? Lah iya... saya juga pusing ini!
Kehebohan obrolan seketika menjadi mencekam ketika ada cerita tentang orang tua yang sibuk bekerja, sehingga si anak lelaki yang baru berumur 4 tahun setiap hari bersama neneknya. Suatu hari ketahuan ibunya anaknya sedang menonton video porno dari youtube. Saat direbut, si anak menangis dengan kencang.