Babak kualifikasi sepakbola Piala Asia 2023 sudah di depan mata, Tim Nasional ( Timnas) senior harus berjibaku meraih tiket guna lolos dari persaingan di grup A yang di dalamnya juga terdapat : Kuwait ( tuan rumah), Yordania dan Nepal.
Lolos Kualifikasi Piala Asia 2023 adalah target kesekian dari Shin Tae-yong (STY). Di dua event sebelumnya yakni Piala AFF dan Sea Games STY gagal mencapai target yg dicanangkan oleh PSSI. Bukan pekerjaan mudah bagi STY untuk lolos kualifikasi ini. Bahkan boleh dibilang target yang ini lebih berat untuk di capai.
Kalau dua ajang sebelumnya kekuatannya masih berkutat di Asia Tenggara maka saat ini lawan yg dihadapi adalah negara negara Asia Barat ( Timur Tengah) yg secara tradisi lebih diunggulkan dari negara kita. Apalagi Kuwait yg menjadi tuan rumah. Sebagai catatan hanya juara grup yang lolos langsung, peringkat kedua yg lolos ditentukan dengan runner up terbaik di bandingkan dengan grup lainnya.
Penulis melihat sampai dengan pertandingan terakhir ( uji coba dengan Bangladesh), nampaknya STY masih belum menemukan formasi yg pas untuk timnas, terutama di lini tengah dan depan. Memang kalau mau dibahas banyak faktor yg mempengaruhi pemilihan pemain dan taktik yg digunakan.
Mengusung format sepakbola modern yakni 4-3-3 dengan segala variasinya, untuk posisi penjaga gawang dan lini belakang nampaknya STY sedikit banyak sudah punya andalan ditiap posisi. Penjaga gawang nampaknya akan dipercayakan kepada Nadeo, untuk bek dari 4 posisi, 3 posisi sudah ada yg menempati : Asnawi ( kanan), Fachruddin ( tengah), Pratama Arhan (kiri), STY tinggal mencari pendamping untuk Fachrudin sesuai dengan taktik dan lawan yg dihadapi, Bisa Rizki Ridho, Elkan Baggot, atau mengeser Dewangga ke tengah.
Yang perlu menjadi perhatian adalah mulai lini tengah keatas. Dengan absennya Evan Dimas ( dikabarkan masih cidera) tentunya pekerjaan rumah STY bertambah banyak. 3 pemain di lini tengah di era STY belum ada yg benar benar pakem di posisinya.
Melihat dua pelatih sebelumnya Indra Sjafri ( IS) dan Luis Milla ( LM) , mereka berdua pada akhirnya menemukan keseimbangan di lini tengah dengan pemain pilihannya. IS memilih Hargianto, Evan Dimas dan Paolo Sitanggang. LM memilih Zulfiandi, Evan Dimas dan Stefano Lilipaly. Dari dua pelatih tersebut suka tidak suka kita lihat peran Evan Dimas tak tergantikan.
STY pada Sea Games lalu tidak memanggil Evan Dimas, Mark Klok diplot sebagai "playmaker" mengantikan Evan. Bagaimana hasilnya? Biasa saja.. kalau tidak dibilang kurang memuaskan, bahkan kalau bukan penyelamatan heriok dari penjaga gawang kita. Mark Klok bisa menjadi kambing hitam kalau kita kalah lawan Timor Leste. Kesalahan elementer dalam bertahan yg seharusnya tidak dilakukan pemain sekelas timnas. Klok ditemani Rachmat Irianto dan Rick Kambuaya, ini adalah formasi terbaik dari STY di lini tengah. Formasi ini memang tidak baku, tetapi bisa diganti dengan Marselino Ferdinand atau Abimanyu.
Di Sea Games terlihat jelas. Pemain tengah kita seperti tidak ada "Jendral" pengatur serangan, kapan maju, kapan mundur, kapan menahan bola tidak terlihat. Dilini tengah jarang sekali terlihat pemain yang bisa menahan bola agak lama.
Mungkin di saat latihan hal ini sudah di antisipasi oleh STY. Tetapi pada saat dilapangan sesungguhnya berbeda sekali. Lini tengah kita tidak bisa mengkreasikan serangan dan nyaris bermain tanpa pola. Terlihat jelas saat kalah telak dari Vietnam. Lini tengah kita kalah segala galanya. Passing buruk, bawa bola lepas, duel kalah dan beberapa kesalahan elementer terjadi. Dan ini lebih kepada persoalan psikis. Bukan lagi teknik. Ibarat belum tanding sudah kalah.
Berkaca dari hasil Sea Games, untuk kualifikasi Piala Asia, STY tentu banyak masukan dan pertimbangan. Evan Dimas dipanggil lagi. Walaupun pada akhirnya tidak terpilih karena cedera. Yang menjadi kejutan tentunya dipanggilnya Stefano Lilipaly.