Bangku pelatih kepala Tim Nasional (Timnas) Indonesia kembali berganti. Alfred Riedl yang dinilai sebagian orang berjasa menghantarkan Indonesia menjadi finalis AFF 2016 didepak dengan alasan yang agak kurang jelas kemudian digantikan oleh Luis Milla. Melihat track record yang dimiliki oleh Luis Milla dalam menggelola timnas junior Spanyol tentunya publik menaruh harapan besar prestasi yang akan dicapai. Belum lagi kalau melihat besaran gaji yang harus dibayarkan PSSI kepada beliau. Fantastis lah untuk ukuran pelatih di Indonesia.
Bukan meragukan kemampuan Luis Milla bukan juga menyalahkan PSSI dalam menentukan pelatih timnas, karena seperti yang dikatakan oleh Ketua Umum bahwa sepakbola Indonesia saat ini ada target prestasi yang harus dicapai baik jangka pendek maupun panjang. Jangka pendek tentunya dalam menghadapi pertandingan setahun dua tahun kedepan dimana Indonesia dituntut untuk meraih prestasi tinggi. Maka tidak ada jalan lain kecuali jalan pintas ( ambil pelatih luar, naturalisasi, dll).
Serta Jangka panjang untuk membentuk timnas yang solid membutuhkan waktu yang panjang dimulai dari junior sampai urusan kompetisi yang baik. Pemilihan Luis Milla penulis berharap adalah bagian dari target jangka pendek oleh PSSI , bukan jangka menengah apalagi panjang. Bukan anti terhadap pelatih asing bukan pula meragukan kemampuannya, tetapi lebih kepada pertanyaan bahwa sudah tidak adakah pelatih lokal yang berkualitas untuk melatih timnas senior?
Penulis sebenarnya berharap bahwa pada piala AFF lalu Indonesia dipimpin oleh Indra Safri, bukan oleh Alfred Riedl. Sekali lagi bukan karena tidak suka kepada pelatih luar. Tetapi ingat bahwa sebelumnya Alfred sudah dua kali diberi kesempatan dan dia gagal. Sedangkan pada saat itu Indra Safri sedang membangun pondasi sepakbola Indonesai yang kuat dengan skuad mudanya. Alangkah baiknya pada saat itu Indra Safri diberi kesempatan untuk memimpin tim nasional dan baik sekali untuk jangka waktu yang agak lama antra 3- 5 tahun kedepan. Tentunya dengan hal itu maka terjadi kesinambungan regenerasi di tubuh tim nasional. Tetapi sudahlah PSSI dibawah LNM waktu itu memilih Alfred dan hasilnya tidak jelek juga.
Pertanyaa selanjutnya adalah setelah nantinya era Luis Milla, Indra Safri, Danurwindo, Rahmad Darmwan lewat. Siapa yang bakal menjadi pelatih nasional Indonesia? Apakah masih mencoba memanggil pelatih dari luar lagi? Atau akan muncul pelatih pelatih baru di kancah persepakbolaan Indonesia?
Berkaca kepada tim Nasional Thailand dan Vietnam. Pelatih kepala mereka sekarang adalah mantan pemain dan kapten timnas mereka. Bahkan Pelatih Timnas Vietnam adalah anak asuh dari Pelatih Indonesia. Sudah saatnya para mantan pemain tim nasional, khususnya mereka mereka yang mempunyai jiwa kepepimpinan serta skill yang baik dimasanya, mendapat perhatiaan lebih dari PSSI. Untuk meneruskan karier mereka di bangku kepelatihan.
Secara teori dan praktek permainan pastinya mereka sudah mumpuni. Apalagi kalau mereka pada saat aktif bermain juga sempat mendapatkan pelatihan di luar begeri bisa menjadi faktor nilai tambah. Lihatlah sekarang di sepakbola dunia. Selain pelatih pelatih tua mulai bermunculan ada nama- nama seperti : Zidane, Guardiola, Enrique, Diego Simone serta sederet nama beken lainnya yang dulu pemain dan sekarang menjadi pelatih.
Satu hal pasti yang menjadi keuntungan apabila mantan pemain timnas bahkan kaptennya yang menjadi pelatih adalah bahwa sang pelatih bisa mengerti perasaan apa yang ada didalam pemain saat membela timnasnya ( karena dia sendiri pernah mengalaminya), hal ini perlu untuk memotivasi para pemain muda. Selain tentunya dia akan mendapatkan penghormatan lebih karena pastinya tidak sedikit para pemain tersebut pernah mengidolakan sang pelatih saat aktif bermain.
Mungkin akan tiba waktunya, entah kapan. Timnas Indonesia akan dilatih oleh mantan – mantan pemain terbaik serta kaptennya seperti Ponaryo, Firman Utina, Bambang Pamungkas atau Boas Salossa? Mari kita bersabar menunggu hari itu tiba….
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H