Lihat ke Halaman Asli

Leonardi Gunawan

TERVERIFIKASI

Karyawan

Bangunan yang Melestarikan Air

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pesatnya perkembangan pembangunan disektor konstruksi khususnya di kota –kota besar di Indonesia membuat ketersediaan ruang hijau di kota besar menjadi berkurang secara dratis. Ruang hijau beralih rupa menjadi perumahan, mall, jalan, jalan kereta api, bahkan bukan lahan saja tetapi waduk penampungan air ditimbun berubah menjadi gedung perkantoran yang megah. Ruang hijau sendiri salah satu manfaatnya adalah sebagai “pintu masuk” untuk menampung ketersediaan air bersih dibawah tanah. Utamanya tentunya menampung air hujan. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah tidak mungkin untuk mencegah pembangunan,  yang dapat kita lakukan adalah mengatur arah pembangunan konstruksi tersebut sambil mencari inovasi dan solusi agar ketersediaan air bersih khususnya di kota besar dapat terpenuhi.

Kebutuhan manusia akan air bersih secara garis besar dapat dibagi dua, untuk konsumsi dalam tubuh dan keperluan diluar konsumsi. Untuk konsumsi pastinya diperlukan air yang higienes dan memang layak untuk minum. Tetapi sebenarnya masih banyak keperluan lainya dimana justru menghabiskan air lebih banyak. Dan hal ini sebenarnya dapat dipenuhi sendiri oleh  orang tersebut, dengan memanfaatkan bangunan yang dia miliki asal mau sedikit berinovasi.

Keperluan air diluar konsumsi yang cukup banyak menyita kebutuhan air bersih seperti  : mencuci kendaraan (mobil/motor), menyiram tanaman dan taman, membersihkan rumah dan masih banyak lagi. Bagaimana caranya mencukupi kebutuhan air tersebut? Membuat bangunan yang dapat menyimpan air tentunya bisa menjadi alternative solusi.

Ide sederhananya adalah bahwa bangunan tersebut dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk para penghuninya sendiri tanpa bergantung oleh pasokan dari luar. Dengan memanfaatkan kelebihan air yang terdapat di sekitarnya, terutama air hujan. Mari kita lihat beberapa cara agar bangunan dapat dimanfaatkan untuk menyimpan air.

1.Kewajiban menyediakan area terbuka hijau minimal 20 % dari luas tanah.

Sebenarnya peraturan akan ketersediaan ruang terbuka hijau apabila kita mengurus ijin mendirikan bangunan sudah tercantum, atau setidaknya kita harus melengkapi AMDAL., tetapi pada prakteknya area terbuka hijau ini luasnya “dikebiri” untuk berbagai kepentian. Kalau di rumah tinggal biasanya dipakai untuk keperluan rumah tersebut, atau karena alasan kotor dan lain sebagainya area terbuka hijaunya dicor. Untuk gedung yang besar seperti mall area terbuka hijau lazimnya dicor atau dipaving untuk dijadikan lahan parkir. Mengapa lahan parker? selain menghasilkan keuntungan material juga tidak perlu repot pemeliharaan. Padahal sebenarnya area ini sangat diperlukan sebagai jalan masuk air hujan kedalam tanah, apalagi kalau terdapat pepohonan karena akar – akar pepohonan tersebutlah yang akan menahan air dan membantu meresapkan ke tanah.

Dapat dibayangkan apabila ruang terbuka hijau sudah menjadi alih fungsi semua dengan program betonisasi, air hujan tentunya tidak punya kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Padahal air tanah terus menerus disedot oleh masyarakat dengan adanya sumur bor. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Yang terjadi adalah seperti di Jakarta Filtrasi air laut kedaratan, karena muka air laut sudah lebih tinggi dari muka air tanah. Oleh karena itu peraturan akan ketersediaan area terbuka hijau harus benar-benar ditegakkan oleh pemerintah sebagai pengawas, dan tentunya dipihak lain dibutuhkan kesadaran dari warga masyarakat akan pentingnya lahan terbuka hijau tersebut.

2.Adanya sumur resapan untuk air hujan.

Apabila ruang terbuka hijau sudah terlanjur beralih fungsi tentunya akan sangat sulit untuk merubahnya kembali, kecuali ada pemaksaan dari pihak yang berwenang. Bagaimana solusi alternatifnya? Tetap bisa kita buat, yaitu membuat sumur resapan untuk air hujan. Sumur resapan dibuat dengan konstruksi sederhana buat lubang dengan diameter 50 – 80 cm sedalam 1 – 2 m kemudian diisi dengan ijuk dan batu kerikil untuk mempercepat proses peresapan kedalam tanah. Inlet dari sumur resapan dapat dihubungkan dengan talang air hujan dari atap atau juga bisa dihubungkan dengan saluran terbuka dihalaman rumah sebelum dibuang ke saluran lingkungan. Pada intinya adalah air hujan dapat tertampung lebih dahulu kedalam sumur resapan, kemudian setelah jenuh baru air melimpas keluar. Untuk memaksimalkan fungsi dari sumur resapan setiap rumah bisa membuat lebih dari 1 sumur resapan. Bahkan bisa dibuat bersama – sama oleh satu rt/rw. Bayangkan apabila setiap rumah di sebuah RT/RW tersebut mempunyai sumur resapan 2 buah. Terus ditambah lagi di bebrapa titik di lingkungan tersebut juga dibuat sumur resapan. Selain dapat mengurangi debit air yang terbuang saat hujan ( mencegah banjir), juga dapat menjamin ketersediaan pasokan air tanah untuk daerah tersebut.Sehingga diharapkan warga yang memanfaatkan sumur bor dapat terus mendapatkan air bersih.

3.Terdapat konstruksi bak penampungan air di bawah bangunan.

Dihampir seluruh kota di Indonesia saat ini pembangunan konstruksi telah didominasi oleh bangunan ruko, bahkan bangunan ruko telah menutupi hampir semua lahan yang ada. Padahal konstruksi  ruko sangat jarang mempunyai ruang terbuka hijau. Bahkan ketersediaan lahan terbuka nyaris nol. Nah bagaimana solusi alternatifnya? Tentunya masih bisa. Ruko tersebut harus membuat bak penampungan air, sebaiknya bak penampungan dibuat di bawah lantai dasar. Karena apabila konstruksi dibuat diatas akan membuat gedung sendiri menjadi berat dan berpotensi membuat pondasi menjadi mahal. Bak air ini tentunya sangat bermanfaat untuk menampung ketersediaan air khususnya air hujan.

Mari kita berandai –andai apabila kita mempunyai ruko 5m x 20 m = 100 m2, seperempatnya luasnya kita buat bak air dengan ketinggian 0,5 m, kita sudah mempunyai cadangan air = 0,25 x 100 m2 x 0.5 m = 12.5 m2 = 12500 l air. Lumayan bukan? Air tersebut tentunya tidak bisa buat minum, tetapi untuk sekedar mencucui mobil, membersihkan rumah tentunya dapat dimanfaatkan, atau apabila rela mengeluarkan uang lebih air tersebut dapat diolah sedikit dan dapat dimanfaatkan sebagai air untuk mandi dan mencuci baju. Bak penampungan air tentunya menambah biaya pembangunan, tetapi manfaat yang diperoleh tentunya sebanding. Bak penampungan ini tentunya bukan hanya cocok untuk ruko tapi dapat juga diapikasikan untuk bangunan rumah tinggal.

4.Terdapat Instalasi Water Treatment Plan (Khusus bangunan besar: mall, rumah sakit, perkantoran).

Untuk bangunan – bangunan besar / public seperti contoh yang tercantum diatas maka sudah seharusnya dilengkapi dengan instalasi pengolahan air, khususnya air limbah. Dimana output nya selain limbah  sudah memenuhi syarat untuk dibuang kealam (lingkungan), juga air yang telah diolah teresbut dapat dimanfaatkan kembali untuk non konsumsi  seperti untuk menyiram tanam atau sekedar air untuk keperluan toilet. Pada intinya adalah air yang ada dimanfaatkan sebaik-baiknya tidak bergantung terus kepada pasokan dari luar. Bahkan baru – baru ini Bill Gates melalui yayasan yang didirikannya  telah berhasil dalam proyek ujicoba mengolah air limbah menjadi air yang layak di konsumsi.

Keempat hal tersebut adalah beberapa hal yang dapat kita aplikasikan untuk membuat bangunan bisa menyimpan air. Masih banyak cara lain untuk menjaga ketersediaan air ditempat kita.  Mau yang mahal mau yang murah tergantung sikap dan cara kita . Semoga sedikit tulisan diatas bermanfaat untuk kita semua. Selamatkan Air, selamatkan kehidupan.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline