"Dasar orang sales, kalo jujur bukan sales namanya", itulah makian yang kerap diterima para wiraniaga atau lebih populer disebut salesperson (orang sales). Makian tersebut seolah sudah menjadi luapan kemarahan yang wajar dari konsumen yang kecewa kepada penjual. Mengapa hal diatas bisa menjadi suatu hal yang lumrah, makian konsumen yang hampir sama dimana-mana? bagaimana hal ini bisa terjadi? Tidak akan ada asap kalau tidak ada api, rasanya cocok juga untuk menggambarkan hal ini. Semua terjadi karena ada penyebabnya. Dari semua pembelian lewat salesman yang pernah anda lakukan, berapa persen yang berlangsung lancar, tanpa rasa kecewa atau kesal baik selama ataupun setelah pembelian? Ketika anda mengalami kekecewaan karena merasa 'dibohongi", pernahkah anda menghubungi kembali salesman tersebut dan mencecar dia untuk mengingat kembali janjinya yang ternyata tidak sesuai dengan kenyataan? Pada saat terpojok, kalimat apa yang keluar dari mereka? Ada semacam kebiasaan 'turun temurun" di kalangan orang sales yang meyakini bahwa berbohong sudah menjadi bagaian dari kehidupan mereka, seolah hanya dengan berbohong mereka bisa menjual produknya. Kebohongan disini termasuk tidak menepati janji dan tidak selalu yang merugikan secara materi. Apakah materi pelatihan tentang kewiraniagaan (salesmanship) perlu ditinjau ulang? Meski secara jelas tidak ada teknik berbohong yang diajarkan tapi mungkin ada hal-hal yang perlu diluruskan/diberikan pemahaman yang tepat seperti dalam teknik menghadapi keberatan konsumen (handling objection) atas fitur suatu produk. Bagaimana seorang salesman bisa menyakinkan calon konsumen yang pernah mendengar kelemahan dari produk yang ditawarkan tanpa berbohong. Misalnya, jika suatu mesin memang tidak bisa digunakan untuk jangka panjang maka sebaiknya dikatakan secara terus terang bahwa produk tersebut hanya cocok untuk digunakan untuk pekerjaan ringan bukan untuk sebagai alat untuk usaha. Jika konsumen tetap menginginkan alat yang bisa digunakan untuk jangka waktu lama maka sebaiknya disarankan jenis lain. Tentu tidak semua salesman pernah mendapat pelatihan yang baik, sebagian pimpinan mereka mungkin masih memiliki anggapan bahwa menjual adalah sesuatu yang alamiah sehingga bisa dipelajari sendiri. Pendapat ini mungkin berlaku di jaman dulu tetapi di jaman yang semakin kompetitif dan banjir informasi yang dialami hampir semua orang, pelatihan yang benar sangat diperlukan untuk menghilangkan keyakinan bahwa seorang salesman yang mau berhasil haruslah seorang yang pandai berbohong. Ingatlah, kemudahan memperoleh informasi di jaman internet saat ini, konsumen yang semakin cerdas dan semakin banyaknya aturan perlindungan konsumen akan mempersempit ruang gerak para salesman yang masih memiliki mentalitas seperti itu. Saatnya untuk berubah. Tulisan ini juga hasil analisa iseng seorang h4k4 terhadap hal tersebut. Tentunya saya mengharapkan tanggapan/kritik yang membangun atas artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H