"Proses yang baik akan menghasilkan keluaran yang baik" demikian kutipan yang sering kita dengar dari para pimpinan dalam rapat ataupun pengarahan karyawan. Ungkapan khas manajemen seperti ini memang benar karena tidak mungkin ada suatu produk atau hasil yang baik dihasilkan dari proses yang tidak baik. Kalaupun ada itu hanyalah suatu kebetulan yang tidak bisa diulang lagi untuk memberikan hasil yang sama. Tetapi seperti biasanya di barisan belakang akan ada bisik-bisik menanggapi pernyataan tersebut. "gimana mau process oriented kalau kita diminta memberikan hasil dalam waktu sesingkat-singkatnya" bahkan yang lebih ekstrem lagi bilang "sepertinya kita sudah diminta hasilnya kemarin padahal beliau baru juga menyampaikan permintaan itu hari ini" Adakah yang salah dari masing-masing tanggapan tersebut? Dalam manajemen rasanya kurang elok kalau kita mencari siapa yang benar atau siapa yang salah. Mencari kesepakatan dalam menyikapi hal tersebut merupakan tindakan yang lebih bijak. Dari pihak manajemen atau pimpinan sebaiknya berusaha memahami sungguh-sungguh business process yang terjadi sehingga bisa menentukan target yang wajar. Target yang wajar akan memberikan motivasi, kepuasan dan kualitas kerja yang baik sehingga akan memberikan keuntungan bagi semua pihak, perusahaan, karyawan dan pelanggan. Singkatnya penentuan target yang tidak wajar akan menjadi hal yang kontra produktif. Pihak manajemen dengan kekuasaannya cenderung berkilah atau berlindung di balik KPI (Key Performance indicator), rasio keuangan yang ingin dicapai dan lain-lain yang terkadang kurang realitis dan cenderung hanya bagus di atas kertas. Mengubah angka-angka dalam lembar Excel tentu jauh lebih mudah daripada merubah realita yang dihadapi. Contohnya: untuk mencapai rasio biaya dan penjualan yang ideal tentunya yang paling baik adalah menaikkan penjualan tetapi ditengah situasi yang sangat kompetitif saat ini tentulah tidak mudah melakukannya. Sebaliknya memotong biaya adalah hal yang paling mudah dilakukan tetapi dampaknya pun bisa lebih besar dari yang diperkirakan. Tak jarang kita dihadapkan pada situasi dimana kita merasa hanya dinilai berdasarkan hasil (result oriented) padahal kita sudah melakukan proses dengan benar (process oriented) namun hasilnya memanga belum baik. Kita butuh waktu yang lebih panjang untuk melihat hasilnya namun sudah keburu diberi penilaian tidak baik karena hasil yang belum tercapai. Ada rasa frustasi dalam menghadapi situasi seperti ini. Sebaliknya pihak manajemen merasa waktunya sudah cukup karena dianggap process oriented tidak selalu berarti harus lama, yang penting tahapan-tahapan dalam rencana sudah dilakukan dengan benar. Karena bagaimanapun hasil tetaplah menjadi tujuan utama. Keadaan yang demikian tidak jarang ditanggapi dengan perilaku manipulatif dari karyawan seperti membuat laporan palsu atau mengakali pencapaian, pokoknya asal hasilnya terlihat baik sebagaimana yang diinginkan pimpinan. Nah loh, kalo sudah begini lalu kita mau ikutin yang mana donk? Berpijak pada realita, berpikir rasional dan berempati dalam membuat keputusan adalah jalan terbaik buat semua pihak. Keterbukaan dalam komunikasi adalah faktor penting lain yang tidak boleh diabaikan. Semoga kita semua selalu diberi kemampuan untuk menghadapi semua tantangan dengan penuh kesadaran sebagai mahluk sosial yang selalu memperhatikan orang lain dalam membuat keputusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H