Lihat ke Halaman Asli

Mario Teguh Kepeleset

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai seorang penikmat tayangan Mario Teguh Golden Ways (MTGW) saya kaget mendengar kehebohan di Twitter yang melibatkan beliau. Awal masalahnya adalah pernyataan "Wanita yang pas untuk teman, pesta, clubbing, bergadang sampai pagi, chitchat yang snob, merokok n kadang mabuk - tidak mungkin direncanakan jadi istri". Apakah ini memang pendapat pribadi seorang Mario Teguh atau memang ia sedang terpeleset? Polemik yang berkepanjangan sudah tentu akan menguras banyak tenaga dan pikiran pihak yang terlibat. Di lain sisi polemik juga baik untuk menambah wawasan kita dalam melihat suatu persoalan sehingga kita bisa tahu pendapat yang diyakini oleh pihak lain. Pernyataan singkat tentang segala hal apabila tidak dicermati akan menimbulkan masalah karena tanggapan atas suatu pernyataan belum tentu sesuai dengan latar belakang dari dikeluarkannya pernyataan tersebut. Ambil contoh seorang pedagang kecil yang berpendapat "suku x adalah preman". Jika kita hanya melihat pernyataan yang keluar maka kita akan bilang bahwa dia rasis tapi kalau kita mengetahui latar belakang masalahnya mungkin kita akan berpendapat lain. Misalnya karena di lingkungan tempatnya berdagang seringkali terjadi pemerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari suku x". Pernyataan pedagang tersebut tidak salah karena berdasarkan pengalaman pribadinya dan ada buktinya tetapi  dari sisi lain pernyataan ini akan menimbulkan masalah karena dianggap tidak mengandung kebenaran. Demikian juga yang terjadi pada Pak Mario Teguh, menurut penjelasan beliau, pernyataan itu adalah pernyataan untuk memulai suatu diskusi. Jadi semacam pernyataan pancingan. Jika benar demikian maka tidak ada yang perlu dipersoalkan dengan pernyataan tersebut. Semua orang bisa saja mengeluarkan pernyataan kontroversial untuk memulai suatu diskusi. Jika kita pernah mengamati perlombaan debat, tentu kita akan akan melihat akan ada dua kelompok yang bertentangan. Satu kelompok yang pro dan yang satu kelompok kontra. Dengan demikian acara akan berlangsung seru. Kemenangan tidak ditentukan berdasarkan nilai yang pendapat yang benar atau salah tapi ditekankan pada logika dan argumentasi yang baik. Kembali ke polemik wanita pilihan untuk jadi istri, Ada baiknya kita melihat polemik itu dari sisi positifnya dan menganggap bahwa masyarakat kita masih memiliki nilai-nilai tradisional dalam memilih pasangan sehingga perlu lebih bijaksana dalam mencontoh budaya barat karena bagaimanapun kita adalah orang Indonesia. Apa yang dikatakan Mario Teguh sebagai penutur kebaikan dalam pernyataannya itu tetap mengandung kebenaran. Memang seringkali masalah timbul bukan karena masalahnya sendiri tapi karena reaksi terhadap masalah tersebut. Semoga kita semua diberi kelapangan hati untuk menerima perbedaan pendapat. Dalam keadaan yang demikian pun, beliau telah berbesar hati menerima tanggung jawab atas persoalan yang timbul dan menyampaikan permohonan maaf.  Kita semua juga harus belajar memberi dan menerima maaf meski untuk sesuatu hal yang belum tentu sepenuhnya kesalahan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline