"Bi jiddin la bi jaddin kullu majdin, fa hal jaddun bila jiddin bi majdin.
Kalaben jujur benne toronan se hasel.
Najjen toronan mon ta' jujur tak hasel.
Najjen kabule mon jujur deddhi guste.
Najjen guste monbtak jujur ta' maste."
Waktu saya nyantri di PP. Raudhatut Thalibin (PP. Robin) syair di atas sering dilantunkan oleh KHR. Abd. Mu'min Chanafi (Allahumma fir lahu) pada beberapa kesempatan saat beliau memberi pengajian dihadapan para santri. Itu ternyata bukan hanya di masa saya nyantri. Para senior saya juga sama, pun adik adik saya . Biasanya menjelang pengajian akan diakhir, syair itu beliau lantunkan yang dikuti oleh santri."Bi jiddin la bi jaddin kullu majdin, fa hal jaddun bila jiddin bi majdin (dengan kesungguhan, tidak dengan membanggakan seorang kakek kemulyaan diperoleh. Apakah dengan membanggakan kakek, tanpa kesungguhan kemulyaan akan diperoleh?). Kalaben jujur benne toronan se hasel (dengan kejujuran walau bukan keturunan kadang berhasil). Najjen toronan mon ta' jujur tak hasel (walaupun keturunan kalau tidak jujur belum tentu berhasil). Najjen kabule mon jujur deddhi guste (walaupun seorang hamba kalau jujur bisa menjadi tuan). Najjen guste monb ta' jujur ta' maste (Walaupun tuan kalau tidak jujur belum tentu)
Kesungguhan dan kejujuran memiliki makna denotatif yang berbeda dan jauh. Sepintas tidak memiliki hubungan sama sekali. Namun, kalau kita membaca pembagian tingkatan jujur menurut Iman Al Ghazali, kita akan menemukan kaitan jujur dengan sungguh sungguh. Ada enam tingkatan jujur, yaitu jujur lisan, jujur dalam niat, jujur dalam azam (niat yang kuat), jujur menunaikan Azam, jujur dalam beramal dan jujur dalam menegakkan agama. Dari enam tingkatan jujur ini, kesungguhan menjadi suatu hal penting dan diperlukan ketika kita membahas jujur mulai tingkat ketiga.Kejujuran itu karakter yang harus dimiliki setiap orang. Siswa harus sungguh sungguh, dan jujur dalam menuntut ilmu. Bergerak bersama, melanjutkan merdeka belajar itu bagus. Akan tetapi bergerak bersama, melanjutkan merdeka belajar dengan dasar dasar kejujuran itu lebih bagus.
Sejujurnya sejak merdeka belajar apa yang kita capai? Apa dengan merdeka belajar nilai PISA anak kita menjadi naik? Mutu pendidikan makin membaik? Tata kelola pendidikan semakin efektif dan efisien? Guru guru semakin kreatif dan inovatif? Siswa kita semakin bergairah dalam belajar? Atau semakin banyak program semakin banyak uang yang dibakar? Semakin merdeka belajar diucapkan, guru semakin tidak mengerti? Marilah belajar jujur.
Mari bergerak bersama, lanjutkan merdeka belajar. Sebelum mengajar, guru merdeka belajar lebih dulu. Bagun kompetensi profesional dan pedagogig dengan baik dan benar. Karena akan mendampingi anak merdeka belajar. Kuatkan terlebih dahulu kemauan (hirsun) untuk selalu belajar. Belajar sepanjang hayat. Dan istiqomah menjaga kesabaran ketika melakukan pembelajaran. Karena saat melakukan pembelajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan hingga melakukan evaluasi akan banyak hambatan dan tantangan.
Kalau pendidik ada masalah berkaitan dengan kompetensi, kemauan untuk terus belajar dan tidak istiqomah menjadi pendidik yang sabar, bagaimana kita akan yakin bahwa pendidik memiliki kemampuan mengarahkan dan membimbing anak merdeka belajar? Anak memiliki kemauan yang kuat dalam belajar, menyelesaikaan tugas dan menyelesaikan masalah?
Mari bergerak bersama, lanjutkan merdeka belajar. Untuk membangun pelajar pancasila yang bersungguh sungguh, jujur dan cerdas dalam menuntut ilmu.
Bergerak bersama, untuk Indonesia semakin cerdas, hidup sejahtera dari hasil kekayaan bumi pertiwi.
Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H