Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Nurul Hajar

Untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan

Perahu Jollor

Diperbarui: 1 Februari 2024   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuju Pulau Sakala

Hampir tiga jam kami istirahat di rumah singga di dekat bandara Pagerungan Besar. Di sana saya mencicipi makanan tradisional khas Pagerungan Besar, mungking secara umum makanan khas Sapeken. Ketan bakar. Entah apa namanya. Bagi saya itu tidak penting. Yang penting rasanya. Rasaya lumayan enak. Selain itu, saya juga menikmati mie sedap.

Sambil menunggu perahu datang, saya ngobrol macam macam sama ustad Said yang sejak dari Sumenep satu penerbangan. Ustad Said yang mendapat tugas dari pengurus Himpaudi Kecamatan Sapeken mendampingi saya dan Pak Suhairi menuju Pulau Sakala.

Selain ustad Said, ada pemilik penginapan yang bergabung dalam percakapan ringan kami. Beliau pegawai tetap Pertamina Pagerungan. Menurut penuturannya, tidak mudah menjadi pegawai di Pertamina, perlu waktu lama dan kesabaran semasa pengabdian. Itupun kalau orang lokal hanya menjadi pegawai pada strata kepegawaian kelas bawah.

Di samping itu, juga ditemani orang lokal yang akan mengantarkan kami menuju pelabuhan.

"Pak, perahunya sudah datang. Mari kita kepelabuhan," ustad Said mengingatkan saya.

Kami bergegas membereskan bawaan dan naik sepeda motor menuju pelabuhan. Tidak terlalu jauh dari bandara ke pelabuhan. Hanya beberapa menit. Kurang lebih lima menit.

"Perahunya mana Ustad?" Tanya saya kepada ustad Said setibanya di pelabuhan.

Dalam pikiran saya perahu yang akan membawa kami lumayan besar. Karena tidak ada perahu yang saya pikirkan maka saya menanyakan kepada ustad Said.

"Itu Pak, di tengah," sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah perahu kecil yang ada di tengah.

Saya tertegun sejenak. Ini sungguhan ke Sakala naik perahu kecil. Saya tidak bisa membanyangkan bagaimana perasaan teman saya, Pak Suhairi. Ke Pulau Sakala naik perahu kecil maksimal ditumpangi 5 orang. Belum selesai kehawatiran naik pesawat dari Sumenep ke Pagerungan Besar, kini diberi tantangan naik perahu jollor, perahu tiga roda dengan ukuran 1x11 meter ke Pulau Sakala.

"Ustad Said, pantat saya ini bisa masuk perahu?" Sambil menepuk pantat, saya bertanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline