Lihat ke Halaman Asli

Bangsa Ini Terseok-seok Bukan untuk Maju tapi Mundur

Diperbarui: 10 Oktober 2016   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangsa ini tidak sedang bergerak maju. Bangsa ini sedang terseok-seok melangkah bukan untuk maju tapi mundur!

Jika menilisik pada sejarah tempo dulu hingga kekinian, pada peradaban dan etika para pemimpin bangsa ini dari periode orde lama, orde baru hingga era reformasi saat ini, jelas bangsa ini sedang melangkah mundur. Setiap hari karena keterbukaan media dan informasi, kita di suguhi beragam lakon para pemimpin bangsa ini.

Menurut sejarah, para bapak bangsa atau pendiri bangsa ini ketika berdiskusi demi berdirinya bangsa ini bukan tanpa polemik antara mereka. Hebatnya bapak-bapak bangsa dahulu saat berpolemik dalam ruang diskusi, beda pendapat satu sama lain, tapi ketika pulang mereka berbonceng sepeda satu sama lain. Mereka pemimpin yang beradab. Mereka pemimpin yang ber etika.

Lain dahulu lain sekarang. Di era reformasi atau saya lebih suka menyebutnya era kekinian, pemimpin bangsa ini nyaris tak beradab. Nyaris tanpa etika dalam mengemban kepercayaan yang diberikan rakyat. Dalam forum persidangan resmi mereka bahkan bogem-bogeman. Dalam persoalan anggaran, mereka bermain tilap-tilapan. Yang mulia dalam persidangan hari ini, besok yang mulia berubah panggilan. Koruptor..! 
Saat mencalonkan diri sebagai pemimpin, mereka seketika berubah. "merakyat" katanya!

Jilat-jilat rakyat sebelum menjabat. Itulah slogan yang tak tersirat. Itulah defenisi merakyat bagi mereka. Yang aneh, rakyatnya pun suka dijilat. Di jilat dengan uang. Di jilat dengan ayat-ayat kitab suci.
Miris melihat wajah bangsaku kini.

Wahai para pemimpin dan akan menjadi pemimpin bangsa ini. Kembalilah pada Pancasila dan UUD N RI 1945. Jika kau pemimpin atau kau ingin jadi pemimpin, kau harus tahu, "itulah dasar kami bernegara".

~hb nhk~

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline