Hamparan rumput dihiasi oleh beberapa prasasti diantara pemukiman warga dan gedung bertingkat kota Surabaya ini merupakan Makan era Kolonial Belanda yang telah ada sejak tahun 1847, Masyarakat umum mengenal lokasi ini sebagai Makam Belanda Peneleh.
Di area seluas 6,5 Hektar ini diperuntukkan sebagai tempat peristirahatan terakhir para elite kolonial Belanda yang ada di Kota Surabaya pada masa itu, tidak hanya para pejabat yang dikebumikan di area ini tetapi juga keluarga bahkan pengusaha dan para pemuka agama.
Pagi itu aku dan rombongan Tour heritage Jadimaukemana berkesempatan mengunjungi makam ini, bersama peserta tour lainnya kami menyimak dengan seksama penjelasan mengenai sejarah makam ini yang saat itu dibawakan oleh Mas kuncar selaku team dari Begandring Surabaya, saat memasuki pintu masuk makam kita seakan dibawa ke masa akhir abad 19 dengan berbagai macam arsitektur dan prasasti dapat kita temukan di tempat ini
status sosial dan ekonomi juga bisa dilihat dari ornamen yang dibangun diatas makan para mendiang, ada makam yang dihiasi dengan Batu marmer dan diukir nama mendiang, ada juga makam yang dikelilingi oleh pagar besi, ada juga makam sederhana yang hanya berbentuk kotak pada umumnya dan bertuliskan nama dan sejarah singkat penghuni makam tersebut
terlihat beberapa makam yang berlubang dan nisan yang hilang, kemungkinan makam sudah dipindahkan oleh ahli waris ataupun karena terjadi penjarahan terhadap beberapa nisan yang terbuat dari batu marmer yang ditaksir nilai jualnya cukup tinggi, di area pemakaman ini juga ditumbuhi pepohonan besar yang mungkin sudah ada sejak makam ini resmi dibuka, mengingat ukuran diameter batangnya yang cukup besar menjadikan tempat ini sangat teduh dan nyaman
pada kesempatan kedua aku mengunjungi area pemakaman ini bersama Peserta Tour Oudsoerabajahunter yang pada pagi itu langit sedikit mendung, kondisi makam sedikit berubah setelah ada upaya revitalisasi dari pemerintah kota Surabaya, patung dan berbagai pernak pernik pada makam mulai terlihat berkilau setelah sebelumnya terlihat kusam dan kurang terawat, kondisi makam juga semakin bersih dengan adanya petugas kebersihan yang merawat makam-makam ini
kali ini perhatian para peserta tour langsung tertuju pada makam pastor Martinus van den elzen yang terlihat sangat terawat, sehingga memutuskan untuk mengambil gambar bersama di makam tersebut, selain makam pastor disini juga terdapat para suster ursulin yang tak jauh letaknya dari makam pastor, jika dilihat kedua makam tersebut lebih terawat daripada makam lainnya, karena masih sering dikunjungi oleh jika ada hari besar Katolik
diarea tengah makam juga terdapat rumah balung (tulang) yang merupakan tempat dikumpulkannya Tulang dari beberapa makam yang sudah habis masa sewanya dan tulang tersebut dikumpulkan ditempat ini, karena pada masa itu makam ini memiliki 2 jenis kuburan yaitu makam tetap dan makam sewa