Lihat ke Halaman Asli

Dihadang Paspampres, Semakin Lejitkan Nama Anies dalam Bursa Capres 2019

Diperbarui: 19 Februari 2018   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dihadang Paspampres di Piala Presiden 2018 - foto: Facebook Ali Ghuraisah

Wajah Anies berubah jadi kecut, setelah dihadang Paspampres untuk mendampingi Presiden Jokowi ke podium pada Final Piala Presiden 2018. Seperti reaksi Dilan ketika tahu dibohongi Milea yang akhirnya meladeni tawaran Kang Adi jalan-jalan ke Kampus ITB.

Simpati pun mengalir ke Gubernur DKI Jakarta tersebut. Adalah Video pemilik akun Facebook, Ali Ghuraisah sang pengunggah pertama pada Minggu (18/2/2018) sekitar pukul 11.30 WIB. Tak ingin merusak pesta kemenangan The Jakmania dengan polemik videonya yang terlanjur viral, Ali pun menghapus postingannya tersebut.

Sebagai politisi modern, Anies paham betul bagaimana menempatkan diri dalam ruang terbuka publik. Ia adalah lulusan Doktor Ilmu Politik dari Amerika, tentu sudah khatam bagaimana memanfaatkan berbagai serangan kepada dirinya dengan strategi playing victim (menjadi korban). Strategi itu berhasil digunakan dengan apik oleh Presiden SBY saat menyiapkan diri menjadi Presiden pada tahun 2004.

Jelang Pilpres 2004, Taufiq Kiemas pernah menyebut Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu Menkopolhukam di era Presiden Megawati, sebagai 'anak kecil'. Momen tersebut dianggap sebagai salah satu tonggak yang dioptimalkan SBY untuk memenangi pemilu kala itu. Almarhum Taufiq Kiemas memiliki penjelasan dari pernyataanya tersebut. Pada 2 Maret 2004, Taufiq menyatakan, "Mestinya dia (SBY) datang ke ibu presiden, tanya kok enggak diajak rapat (rapat kabinet), bukannya ngomong di koran seperti anak kecil. Masa, jenderal bintang empat takut ngomong ke presiden," kata Taufiq.

Pada saat itu, SBY telah menyatakan pencapresannya di Pemilu 2004. Megawati yang menjadi incumbent juga kembali mencalonkan diri. Sejumlah analisa politik menyebut, pernyataan Taufiq saat itu membuat banyak orang yang bersimpati kepada SBY. Dengan posisi sebagai pihak yang 'terdzalimi', SBY yang menggandeng politikus Golkar Jusuf Kalla pun berhasil memenangi pemilu tersebut. Taufiq memiliki penjelasan tersendiri mengenai pernyataanya saat itu. Menurut Taufiq, komentar itu terlontar karena hubungannya dengan SBY sudah sangat dekat. "Karena saya sudah merasa dekat, seperti dengan saudara sendiri, saya katakan seperti itu, jadi tidak dalam konteks persaingan politik saat itu," kata Taufiq seperti dikutip detikcom dari buku 'Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam, 70 Tahun Taufiq Kiemas', Minggu (9/6/2013).

Ubah Kelemahan jadi Kekuatan

Dalam teori perang Sun Tzu, ada 3 hal yang harus kita pelajari sebelum berperang, yaitu kenali diri sendiri, kenali lawan dan kenali kondisi wilayah atau arena perang (wilayah). Setelah itu mengemas sebuah momentum agar kelemahan kita tertutupi dengan mendongkrak sisi baik (kekuatan) yang kita miliki, sebaliknya juga menguatkan sisi lemah lawan dengan menutupi sisi -- sisi baiknya.

Hal itu diajarkan Sun Tzu melalui buku 36 Strategi Militernya. Itulah yang saat ini kita kenal dengan istilah Playing Victim, yaitu teknik memposisikan diri sebagai korban atau orang yang terluka demi mengelabui musuh dan lingkungan. Taktik tersebut ditulis tepatnya pada strategi nomor 34, yang berbunyi "Lukai diri sendiri untuk mendapatkan kepercayaan musuh. Masuk pada jebakan dan jadilah umpan. Berpura-pura terluka akan mengakibatkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, musuh akan bersantai sejenak oleh karena dia tidak melihat anda sebagai sebuah ancaman serius. Yang kedua adalah jalan untuk menjilat musuh anda dengan berpura-pura luka oleh sebab musuh merasa aman". Dengan membuat musuh terkelabui, otomatis kita jadi lebih leluasa untuk menyerang musuh disaat kondisi mereka sedang lalai.

Presiden Jokowi juga pernah diuntungkan oleh momentum politik playing victim. Dan tak bisa dipungkiri, memanfaatkan timing menjadi korban, merupakan salah satu keberhasilan dirinya semakin dikenal. Saat itu, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo pernah mengatakan Jokowi yang saat itu Walikota Solo sebagai orang bodoh karena menolak pembangunan pusat perbelanjaan di lahan bekas pabrik es Saripetojo. Jokowi semakin dielu-elukan dan mendapat simpati publik yang begitu luas karena meresponnya dengan tidak emosi, dan mengakui kalau ia memang walikota bodoh seperti yang dikatakan Bibit.

Playing victim juga dilakoni Tukul Arwana. Ia memiliki gaya lawak yang kerap menghina diri sendiri. Diperkuat dengan asosiasi wajah ndeso, katro dan kurang terpelajar karena ngomong Inggrisnya belepotan. Slogan "kembali ke laptop' miliknya, sejatinya adalah kekurangan Tukul yang sedikit-sedikit mengintip laptop untuk menginterview bintang tamu di acara talkshow Empat Mata dan Bukan Empat Matanya yang pernah melambungkan namanya. Dan itulah salah satu masa kejayaan Tukul dalam industri hiburan Tanah Air.

Anies Layak Capres 2019

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline