Lihat ke Halaman Asli

Agus Hulu

Check it out

Ekspor-Impor Alutsista Indonesia

Diperbarui: 27 Januari 2017   03:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perusahaan alutsista (alat utama sistem keamanan), PT. Pindad (Persero), dikabarkan telah merilis produk terbaru mereka dalam kategori kendaraan tempur yang diberi nama Panser Anoa Amphibious.

Dengan ini menambah koleksi alutsista produk Indonesia yang berkualitas tinggi dan berpotensi untuk kembali laris di mancanegara. Tidak menutup kemungkinan dan menjadi harapan hal ini membantu sektor ekonomi Indonesia untuk semakin berkembang. Pada pertengahan tahun 2016 lalu, Indonesia dibanjiri pesanan alutsista dari negara-negara daerah timur tengah yang sedang mengalami gejolak konflik. Saat penelitian terus dilakukan dalam proses pembuatan senjata jenis baru saja, Laos sudah memesan dan beberapa negara Asia lainnya menyatakan berminat untuk membeli dari Indonesia.

Pada lomba tembak ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) 2016, yang digelar di Filipina pada 21 November sampai 7 Desember 2016 lalu. Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan menggunakan senjata buatan PT Pindad (Persero), hal ini membuktikan keakuratan senjata yang digunakan serta keahlian kontingen dari TNI-AD sudah cukup baik.

Dalam mengekspor alutsista, Indonesia sudah semakin membaik, seperti demikian,dikabarkan pula beberapa negara mengakui dan memberitakan dalam beberapa situs blog dan kolom berita online, bahwa persenjataan dan kendaraan tempur dari Indonesia sulit ditembus peluru serta ditakuti oleh Amerika dan Australia.

Namun bagaimana dengan alutsista Indonesia yang sedang diproses, sudah diproses dan sedang dianggarkan untuk diimpor?

Ya...! Indonesia dikabarkan menjadi importir alutsista ke-8 terbesar di dunia, sedangkan dalam lingkup ASEAN, Indonesia menduduki posisi tertinggi ke-2 setelah Vietnam. Pada awal tahun 2016 lalu, PT. Pindad sendiri mengabarkan rencana dalam waktu dekat akan mengekspor produknya ke negara-negara Timur Tengah dan produknya berpotensi menghasilkan US$ 300 juta (sekitar Rp. 4 triliun).

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada 2015 mencatat impor alutsista Indonesia mencapai US$ 683 juta (sekitar Rp. 8,9 triliun).

Lalu apakah hal ini akan menjadi berimbang antara "menjual" dan "membeli", atau malah lebih besar pasak daripada tiang??

Namun pasti pemerintah sudah mempertimbangkan serta bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang memproduksi alutsista ini, karena siklus pendapatan-pengeluaran negara bukan hanya dari sisi APBN alat tempur ini saja.

Yakini dengan harapan bahwa pemerintah pun melakukan hal ini demi keamanan dan ketenteraman negeri.

_Guz Hulu_

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline