Lihat ke Halaman Asli

Gutamining Saida

Guru SMPN 1 Kedungtuban Kab Blora

Perjuangan Sebuah Nama

Diperbarui: 7 Oktober 2024   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya: Gutamining Saida

Semua bermula dari sebuah mimpi sederhana. Saya berkeinginan memiliki sebuah buku. Nama saya tertera di sampulnya. Keinginan ini terus tumbuh dalam hati, seolah memanggil saya untuk menulis. Namun, seperti halnya mimpi-mimpi besar lainnya, jalan menuju capaian itu tidaklah mudah.

Perjalanan dimulai ketika saya mengikuti sebuah pelatihan menulis di Blora. Tujuan utama pelatihan tersebut adalah mengajari para pesertanya menulis dari awal hingga akhirnya bisa menerbitkan buku. Saya berpikir, ini adalah kesempatan emas. 

Saya sadar bahwa saya memulai dari titik nol. Saya tidak terbiasa menulis di laptop, bahkan untuk mengatur huruf saja saya sering kebingungan. Semua terasa baru, dan setiap langkah seperti melewati jalan penuh kerikil tajam.

Hari-hari pertama pelatihan dipenuhi dengan belajar dasar-dasar menulis. Saya harus memahami cara membuat kalimat yang baik, merangkai paragraf demi paragraf, serta menjaga alur cerita. Saya belajar bagaimana memilih kata-kata yang tepat. 

Saya berupaya menjaga agar tulisan saya tetap menarik. Namun, ini bukan perkara mudah. Beberapa kali saya hampir menyerah ketika melihat tulisan saya berantakan. Saya sering merasa tak mampu mencapai standar yang diharapkan oleh penyelenggara.

Tak hanya soal teknis, ada banyak kendala yang harus saya hadapi. Mulai dari keterbatasan waktu, tekanan untuk memenuhi target. Hingga komunikasi yang tidak lancar dengan penyelenggara pelatihan. 

Sering kali saya merasa tidak diperhatikan, seolah usaha saya untuk menulis tidak mendapat dukungan yang saya butuhkan. Bahkan, hampir saja buku yang saya tulis tidak jadi dicetak. Saya terpukul. Setelah berjuang keras, bayangan buku itu seolah-olah akan lenyap begitu saja.

Saya tidak menyerah. Saya meyakinkan diri bahwa ini adalah ujian terbesar dalam perjalanan mencapai sebuah mimpi. Saya terus menulis, terus belajar, dan menolak menyerah, meskipun rasa putus asa kerap menghampiri. 

Akhirnya, perjuangan yang penuh liku, buku saya berhasil dicetak. Ketika melihat nama saya tertera di sampul buku, perasaan haru dan bangga. Tapi, jujur, saya merasa belum puas. Buku itu jauh dari kata sempurna. Ada banyak hal yang ingin saya perbaiki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline