Lihat ke Halaman Asli

Kecerdasan Intelektual dalam Perspektif Psikologi Pendidikan

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan intelektual sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan degan istilah perkembangan kognitif. Berbicara mengenai perkembangan intelek atau kognitif, seringkali tidak dapat dipisahkan dari seorang pelopor psikologi kognitif yang bernama Jean Piaget. Piaget lah yang menyusun kemampuan berfikir manusia menurut tingkatan-tingkatan sesuai dengan perkembangan umur manusia. Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan “What I Think“.

Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan mental berfikir, menimbang, mengamati, mengingat menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.

Pengertian perilaku intelekual ada kaitannya dengan konsep intelegensi. Ia bukanlah substansi atau kekuatan, yang terletak dalam baggian tertentu dari tubuh seseorang, melainkan penyifatan kualifikasi perilaku individu yang menyatakan “intellect put to use” (intelek yang digunakan). Individu memperoleh kecakapan dan kecerdasan bukan karena kelahirannya semata-mata, melaikan juga karena perkembangan dan pengalamnnya. Memang ia dianugrahkan potensi dasar atau kapasitas untuk berperilaku intelektual. Intelek dapat dideteksi dengan meningidentifikasi indicator-indikator yang dimanifestasikan dalam kualifikasi.

Witheringtton (1952) menunjukan lebih terperinci manifestasi dari indicator-indikator perilaku intelektual itu, antara lain:

·Kemudahan dalam menggunakan bilangan

·Efisiensi dalam berbahasa

·Kecepatan dalam pengamatan

·Kemudahan dalam mengingat

·Kemudahan dalam memahami hubungan

·Imajinasi

Seperti yang telah di singgung di atas, ntelegensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan yang dimaksudkan dalam istilah intelektual, yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir dan bertindak. Berhubungan dengan masalah kemampuan itu, para ahli psikologi telah mengembangkan berbagai alat ukur (tes intelegensi) untuk menyatakan tingkat kemampuan berpikir dan intelegensi seseorang. Salah satu tes intelegensi yang terekenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alfred Binet (1857-1911). Binet adalah ahli ilmu jiwa (psycholog) Perancis, yang merintis mengembangkan tes intelegensi yang sedikit umum. Tes Binet ini disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga tes tersebut terkenal dengan sebutan Tes Binet Simon. Pada usia remaja, IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar, dan semacamnya) dan menghitung banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar kemudian membandingkan dengan daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian terpercaya). Untuk anak-anak, cara menghitung IQ adalah dengan menyuruh anak untuk melekukan pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu (misalnya menghitung sampai 10 atau 100, menyebut nama-nama hari atau bulan, membuka piintu dan menutupnya kembali, dan lain-lain).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline