Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Nicolaus Yokit

Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Berbahagia di Tengah Bencana, Kemalangan, Penderitaan, dan Kedukaan! Apakah Masuk Akal?

Diperbarui: 29 Januari 2023   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Di tengah bencana, kemalangan, penderitaan, dan kedukaan, kita diajak untuk berbahagia! Apakah itu masuk akal?

Injil hari ini mengajak kita untuk berbahagia! Sabda yang disampaikan oleh Tuhan Yesus di atas bukit merupakan seruan yang sering dipahami oleh orang Kristen sebagai "Sabda Bahagia".

Bukan suatu kebetulan, Injil hari ini dikumandangkan dalam Gereja Katolik di seluruh dunia. Dan tidak terpisahkan juga di dalam Gereja Lokal yaitu Keuskupan Manado. Memang benar dan masih membekas sampai saat ini, peristiwa bencana banjir bandang yang terjadi di kota Manado, tanggal 27 Januari 2023 yang kemudian merendam 400 lebih rumah masyarakat, dan juga menelan korban hingga 5 orang. Peristiwa tersebut sungguh-sungguh dapat menggunjang iman kita. Dan terlebih para korban dapat dengan mudah menyalahkan Tuhan atas peristiwa yang terjadi. Di tengah segala situasi demikian, Injil hari ini justru mengajak kita untuk "Berbahagia"! Apa? Kita harus berbahagia? Berbahagia atas bencana, kemalangan, penderitaan, dan kedukaan ini? Apakah pantas kita berbahagia? Bukankah kita harusnya bersedih? Demikian litani pertanyaan dapat kita uraikan atas keadaan yang terjadi. Namun pada kesempatan ini, mari kita mendalami dengan baik apa maksud dan tujuan dari Sabda Bahagia yang disampaikan oleh Tuhan Yesus!

Pertama, perlu kita ketahui bahwa "Sabda Bahagia" ini diperuntukkan bagi mereka yang menyebut diri sebagai pengikuti Kristus (Kristen maupun Kristen Katolik) atau bisa disebut murid-murid Kristus.

Kedua, Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan penderitaan, kemalangan, dan bencana kepada para pengikut-Nya, murid-murid-Nya, atau kepada orang yang percaya kepada-Nya. Ia justru mengarahkan para pengikut-Nya untuk berani, kuat, dan siap menghadapi semua proses itu, seperti halnya Dia yang telah berjuang dan bertahan pada jalan salib-Nya. Jalan salib bukanlah jalan rekreasi atau jalan santai tetapi jalan menuju kemuliaan. Dan untuk menuju kemuliaan itu, kita perlu dimurnikan dari segala keterikatan dunia menuju yang ilahi dan mulia yaitu Allah sendiri.

Ketiga, Sabda Bahagia yang ditulis oleh penginjil Matius, sesungguhnya menegaskan tentang cara hidup dari mereka yang disebut pengikut Kristus atau orang Kristen. Semua orang Kristen yang berdukacita, mereka yang mengalami kemalangan, mereka yang mengalami penderitaan, mereka yang mengalami kegagalan dan begitu seterusnya. Mereka harus percaya bahwa kelak mereka akan dihibur (Mat. 5:4b). Bahkan bukan hanya percaya, melainkan lebih dari itu menjadi penyalur rahmat bagi sesama. Tindakan nyata sebagai penyalur rahmat itu ialah tetap setia pada Kristus Yesus dalam Iman sebagai orang Kristen.

Keempat, Sabda Bahagia yang disampaikan oleh Tuhan Yesus hendak mengarahkan kita untuk semakin mengembangkan kualitas hidup rohani. Kedekatan dan pengharapan yang hanya terarah pada Tuhan. Karena ketika kita hanya dekat dan berharap pada hal-hal material, semua itu akan berlalu begitu saja, ketika bencana, kemalangan, dan penderitaan menghampiri.

Maka, marilah kita tetap membangun kepercayaan yang kuat kepada Tuhan. Percaya bahwa Ia tidak akan meninggalkan kita berjalan dan berjuang sendiri. Ia akan mengutus penolong-Nya untuk menolong dan membantu kita. Dengan penuh kepercayaan itu, kita pantas dan layak untuk menerima "sabda Bahagia" yang disampaikan pada hari ini.

Selamat Hari Minggu Biasa IV

Berbahagialah!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline