Pendidikan merupakan sebuah pijakan moral dan etika pertama sebuah bangsa. Pendidikan sendiri memiliki peranan pending dalam sebuah bangsa,dikarenakan setiap negara maju, tentunya juga memiliki Pendidikan yang maju. Tetapi terkadang Pendidikan juga mematikan pandangan orang-orang kecil dalam sebuah kelompok. Misalanya jika dalam ranah Pendidikan, dalam sebuah kelas para siswa nya diarahkan untuk membentuk kelompok, biasanya siswa dengan sifat pemalu atau siswa yang tidak terlalu mahir mengutarakan pendapatnya akan ikut tenggelam dan terbawa arus pemikiran siswa yang lebih bisa mengutarakan isi pikirannya. Biasanya hal tersebut membuat siswa yang kurang pandai mengutarakan pendapatnya akan memiliki sifat yang monoton jika dibiarkan terus menerus, yang dimana seharusnya setiap pelajar memiliki keinginan dan hak untuk mengutarakan pendapatnya dalam sebuah kelompok.
Hal ini juga tentunya akan memicu tumpulnya keinginan seseorang untuk menyuarakan isi pikirannya dan akan akan terus terjerumus ke dalam kepatuhan yang lebih dalam. Tak jarang juga hal ini memicu dampak buruk jika banyak siswa yang mengalami seperti ini, dikarenakan jika seseorang individu hanya mengikuti arus saja, maka lambat laun individu tersebut akan mudah dipengaruhi dan mungkin saja tidak memiliki karakter individu yang kuat. Biasanya penguatan karakter yang paling berpengaruh terhadap seseorang dilahkukan Ketika masih menginjak masa-masa sekolah, yang dimana artinya anak-anak hingga remaja. Pada masa-masa tersebut seorang anak sudah harus menemukan karakter mereka serta jati dirinya. Jika hal tersebut dimatikan oleh pemikiran mereka sendiri yang biasanya takut terlhat berbeda di masyarakat atau sebuah kelompok maka mereka secara tidak sadar akan mengikuti mayoritas di sebuah kelompok tersebut tanpa berani mengutarakan isi pemikiran mereka. Jika melihat dari permasalahan yang timbul tadi, maka filsafat Pendidikan eksistensialisme lah yang bisa diterapkan dalam hal tersebut.
Filsafat eksistensialisme merupakan sebuah aliran filsafat yang mempertanyakan keberadaan manusia secara kompleks. Filsafat ini memiliki pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas, bertanggung jawab dan memiliki ketidakpastian dalam perjalanan hidupnya. Filsafat eksistensialismeini juga berpandangan bahwa setiap individu memiliki keunikannya sendiri dan tidak terikat oleh sebuah keharusan kelompok tertentu, misalnya dalam beberapa kasus filsafat eksistensialisme dapat saja diterapkan, misalnya saja dalam kubah Pendidikan yang diamana biasanya para siswa mulai membentuk karakter mereka akan tetapi dihancurkan oleh pandangan kelompok tertentu. Contoh yang ada di khalayak umum misalnya seseorang kutu buku, yang dimana seorang siswa yang kutu buku akan dianggap sedikit memiliki teman dan kurang bergaul, terkadang Ketika seseorang yang memiliki karakter seperti ini dikelompokan dengan teman-teman mereka dalam mata Pelajaran terntentu di kelas biasanya mereka cendrung hanya mengikuti arus pemikiran orang-orang yang mendominasi di kelompok tersebut. Tetapi jika misalnya seorang guru menerapkan sistem proses pembelajaran di dalam kelas maka akan tampak hasil yang berbeda, walaupun mereka dikelompokkan dalam sebuah kelompok yang memiliki cara pandang dan sudut pandang yang berbeda mereka tetap dapat menunjukkan jati diri mereka dan kemampuan yang mereka miliki (soft skill). Seperti misalnya saja guru tersebut menugaskan siswa nya secara berkelompok membuat sebuah web belajar sederhana yang nantinya akan diisii materi dari setiap anggota kelompok mereka secara terpisah,maka dengan hal tersebut setiap siswa yang berada di setiap kelompok dapat mengutarakan isi pemikiran mereka dalam hal apa yang akan mereka kerjakan nantinya dan tentunya akan diisi nama dari setiap pembuat materi tersebut. Dengan cara tersebut pula, seorang guru dapat membantu siswa yang terkadang kurang dalam hal penyampaian secara lisan di sebuah kelompok.
Filsafat eksistensialisme memang memberikan kita berpikir dan berjalan sesuai dengan cara pikir masing-masing individu akan tetapi filsafat ini juga terkadang memberikan kita dampak yang berbeda pada setiap sudut pandang. Misalnya saja jika kita melihat melalui sudut pandang filsafat eksistensialisme di indonesia tentunya akan berbeda dengan di amerika dalam beberapa kasus, seperti misalnya jika di indonesia jika kita lihat reformasi 98 melalui kaca mata filsafat eksistensialisme maka orang-orang yang melahkukan dan berani menggulingkan kekuasaan presiden kala itu merupakan orang-orang yang sudah enggan dikekang oleh sistem pemerintahan yang ada kala itu, yang dimana pada tahun-tahun tersebut mahasiswa khususnya yang sebelumnya hanya mengikuti arus dari pemerintah akhirnya lambat laun berusaha mulai menyuarakan suara mereka. Sedangkan jika di amerika misalnya jika dilihat dari sudut pandang filsafat yang sama maka dapat dikatakan mereka hidup bebas dan bertanggung jawab penuh terhadap hidup mereka.
Filsafat Pendidikan eksistensialisme juga memiliki dampak yang berkelanjutan kepada para siswanya, seperti siswa akan mengetahui secara mandiri apa kelebihan dan juga kekurangan yang mereka miliki, memang mereka di dalam kelas dikelompokkan dengan teman-teman mereka, akan tetapi dalam mengerjakan sebuah tugas misalnya web belajar sederhana yang dimana mengharuskan para siswa mulai mendesain mulai dari tampilan awal materi mereka, materi hingga hal lainnya. Maka dengan filsafat Pendidikan eksistensialisme selain memberikan kesempatan untuk para siswa yang kurang percaya diri Ketika menyampaikan pendapat dan juga berargumen, juga membuat siswa paham apa kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki dalam misalnya bidang akademik di sekolah. Filsafat ini juga membuat siswa tidak hanya mengikuti arus dan berani membuat perubahan yang lebih baik kedepannya Ketika terjun ke sebuah kelompok masyarakat yang lebih luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H