Lihat ke Halaman Asli

Kematian Dini vs Kehidupan Elang

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita kematian seorang sahabat baru, Dini, seorang teman yang muda, cantik, baik, mencengangkanku.  Walau sebetulnya ketercenganganku tidak terlalu beralasan, karena sang sahabat sudah didera oleh sakit kanker cukup ganas yang menjalar dari mata ke hidungnya cukup lama, memakan waktu berbulan, hampir setahun an.  Sehingga jamak, walau juga tak pantas aku sebut jamak, untuk Dini yang semuda itu, jika kematian, ketenangan itu kemudian menghampirinya, mengajaknya berpindah melalui kematian yang pertama, menuju kehidupan baru di alam tidurnya, ditempat asal mula diciptanya manusia.

Namun sehari ini aku tak cuma digetarkan oleh kisah Dini.

Pergetaran hati ini sebelumnya tersentuh atas berita atas profil seorang Elang Gumilang, yang begitu mengesankan etos kerjanya.  Yang dalam keseharian kerjanya, seorang yang juga muda, semangat membagikan spirit positif dalam setiap langkahnya, mengatur perusahaan propertinya semata demi menyiapkan perumahan sederhana, yang rumah didalamnya, dilengkapi dengan fasilitas pendukung dan transportasi yang baik,  yang bahkan bisa ditempati bahkan oleh seorang pemulung sekalipun.

Hari yang lengkap sebenarnya, bagaimana kedua orang muda ini begitu menginspirasi.  Mengingat setiap kematian pasti akan selalu menghampiri kita dan bahkan sebagaimana di Al Quran :

" Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (nya).
(QS. 15:5)"

Sehingga sangatlah nyata bagi seorang umat, baik tua bahkan muda, seperti Dini, akan dihampiri juga oleh ajal.  Dan umat yang beruntung adalah dia sang Elang, muda yang sangat bermanfaat buat orang orang disekitarnya, menerapkan lingkungan terbaik untuk karyawannya dalam bekerja. Mengingatkan terus pentingnya memperbaiki diri terus menerus, puasa sunat, tilawah sebelum bekerja, pengajian mingguan, bahkan karyawan diwajibkan melaporkan setoran harian atas dhuha, shalat malam dan tilawah bahkan olahraga.  Benar benar luar biasa.

Cuma diri kita sendiri yang bisa menentukan, dalam kehidupan kita yang terbatas waktu ini, kehidupan seperti apa yang akan kita bawa menjadi catatan kita menuju kematian nanti? Kematian yang tak akan pernah tertolak, tak mampu dihindari.   Oleh kita yang cuma seorang umat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline