Bertempat di Istana Matan Tanjungpura Kelurahan Mulia Kerta Ketapang pada tanggal 15 Mei 2016 yang lalu bersamaan dengan pembukaan festival keraton Matan Tanjungpura Ke-V, tiga tokoh budayawan Ketapang mendapat penghargaan Wira Wangsa Budaya yang merupakan Darjah Kebesaran Kerajaan dibidang seni budaya yang diserahkan langsung oleh Raja Matan Tanjungpura PRK. Haji Gusti Kamboja. Ketiga tokoh tersebut adalah H. Baswedan Bin H. Ibrahim Badjuri dari tokoh budaya melayu, Fransiskus Suma dari tokoh budaya Dayak dan Yasa Nagari dari tokoh budaya Tionghoa. Penghargaan ini diberikan atas dedikasi dan pengabdiannya dalam usaha melestarikan kebudayaan Melayu, Dayak dan Tionghoa di Ketapang.
Tokoh budaya Melayu H. Baswedan adalah sosok budayawan yang gigih tanpa pamrih dalam kegiatan budaya melayu, terutama dibidang seni hadrah dan redat. Aktif dalam berbagai kelompok kegiatan pembinaan seni hadrah dan redat di kampung-kampung dan mengikuti perlombaan di tingkat Kabupaten/Kota dan Propinsi. Pada saat penyerahan penghargaan Haji Baswedan diwakilkan kepada adik kandungnya karena sakit dan masih dalam perawatan.
Begitu juga tokoh budaya Dayak Fransiskus Suma adalah sosok budayawan yang mengabdikan tenaga dan pikirannya dalam melestarikan kebudayaan Dayak, khususnya dibidang seni tari. Banyak usaha yang dilakukannya seperti mendirikan sanggar tarian sehingga berbagai jenis tarian Dayak masih terpelihara dan tetap eksis sebagai warisan budaya di Ketapang. Fransiskus Suma juga aktif sebagai pelatih dan mengikuti kegiatan pangelaran seni tari Dayak mewakili Ketapang di ajang tingkat propinsi dan Kabupaten. Meliliki latar belakang pendidik Fransiskus Suma sampai saat ini masih aktif dalam melatih anak-anak muda dalam melestarikan seni tari dayak di Ketapang.
Sementara itu tokoh budaya Tionghoa Yasa Nagari atau akrab dipanggil pak Akok ini adalah figur budayawan Tionghoa yang sederhana. Lahir di Ketapang pada tanggal 4 Juli 1946 lalu sangat aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan seni budaya. Yasa Nagari memiliki beberapa sanggar seni budaya Tionghoa dan selalu tampil dalam berbagai acara kebudayaan baik Tionghoa, Melayu dan Dayak. Kegigihannya dalam merawat seni budaya Tionghoa layak untuk diberikan apresiasi dan penghargaan. Yasa nagari juga dikenal sebagai tokoh sejarah Tionghoa di Ketapang. Berbagai peristiwa sejarah di Ketapang pada masa-masa awal kemerdekaan dilaluinya, begitu juga dalam bidang sosial sangat aktif dalam menjaga persatuan dan hormanisasi antara suku bangsa di Ketapang. Pernah memiliki Group Band dan Sanggar Tari sebagai wadah anak-anak muda dalam menyalurkan bakatnya. Perpaduan musik Tionghoa dengan musik-musik etnis juga dilakukannya dalam usahanya merawat persatuan, persaudaran dan harmonisasi suku bangsa Indonesia di Ketapang.
Pemberian penghargaan ini menurut Gusti Kamboja sebagai upaya untuk menghargai usaha para penggiat kebudayaan dalam melestarikan keragaman budaya di Ketapang dan juga untuk mendorong para penggiat budaya di Ketapang untuk selalu terus berkerja dan berkreativitas lebih baik lagi (A1).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H