Tahun ini masa jabatan bupati dan wakil bupati Ponorogo akan berakhir. Bapak Sugiri Sancoko dan Ibu Lisdyarita akan selesai menjalankan masa kerjanya selama 4 Tahun. Pada saat ini memasuki bulan-bulan politik, dimana banyak yang ingin mencalonkan diri sebagai bupati Ponorogo dan wakil bupati Ponorogo selanjutnya.
Menurut masyarakat ponorogo, pemilihan bupati memungkinkan masyarakat memilih seorang pemimpin yang bisa atau dapat memahami kebutuhan dan aspirasi mereka. Masih banyak sekali aspirasi dari masyarakat terpencil di wilayah ponorogo yang belum tersampaikan kepada bupati Ponorogo.Contohnya khususnya masyarakat desa Ngrayun yang mengeluh akses jalan yang rusak dan susah untuk dilewati, mereka memberikan aspirasi kepada bupati Ponorogo tetapi sampai saat ini belum ada tindakan satupun dari pemerintah Ponorogo. Pemerintah Ponorogo hanya menerima aspirasi mereka namun tidak segera melakukanya.
Menurut salah satu masyarakat Ponorogo, seharusnya pemerintah Ponorogo membuat sebuah industri atau pabrik untuk membuka lapangan pekerjaan bagi warga Ponorogo dikarenakan Menurut Djoko Pitoyo mengatakan "Kabupaten Ponorogo saat ini merupakan daerah penghasil pekerja migran internasional tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Bagi masyarakat Ponorogo", kata Djoko, bekerja di luar negeri telah menjadi gaya hidup turun menurun sejak masa kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Bahkan, pekerja migran asal Ponorogo saat ini tersebar di Amerika, Eropa, Hongkong, Taiwan dan Timur Tengah. Dia menyebutkan persentase remitan yang dihasilkan migrant internasional terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Ponorogo berkisar antara 30-40 persen.
Setelah melakukan penelitian salah satu masyarakat Ponorogo, menurut Najwa tanggapannya memilih seorang bupati bukanlah sekedar soal siapa yang populer atau siapa yang memiliki dukungan politik kuat. Sosok bupati yang ideal harus mampu membawa perubahan positif dan memajukan daerah yang dipimpinnya. "saya menginginkan bupati yang dapat mengembangkan suatu destinasi pariwisata yang ada di Ponorogo" contohnya Telaga Sarean yang ada di kecamatan Soko disana terdapat sebuah telaga yang memiliki pemandangan yang sangat indah namun akses jalan menuju Telaga Sarean sangat sulit dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda empat, maka dari itu Bupati Ponorogo juga harus memperhatikan infrastruktur jalan-jalan untuk menuju destinasi pariwisata itu.
Memilih seorang bupati dan wakil bupati tidaklah mudah kita harus memperhatikan visi misi mereka salah satunya memiliki karakter yang mampu memimpin dan berintegritas tinggi, maksud dari mampu memimpin itu seorang bupati dan wakil bupati harus bisa menjadi teladan, menginspirasi, dan memotivasi tim kerjanya. Mereka juga harus mampu merangkul semua golongan tanpa diskriminasi, menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif, dan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
Tidak hanya mampu memimpin saja tetapi memiliki karakteristik yang dapat berpihak pada masyarakat, seorang bupati dan wakil bupati harus peka terhadap kebutuhan masyarakat, terutama pada kelompok yang paling rentan seperti kaum miskin, lansia, dan anak-anak. Mendengar aspirasi warga dan meresponnya dengan kebijakan yang nyata adalah salah satu ciri utama pemimpin yang peduli dan responsif.
Harapan saya sebagai penulis adalah seorang calon bupati dan wakil bupati bisa menjadi pemimpin yang mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat dan memiliki karakter yang berintegritas jujur, beriorientasi pada rakyat, memiliki empati dan kepedulian sosial dan yang paling penting untuk menjadi sosok seorang pemimpin adalah bersih dan transparan arti dari bersih dan transparan adalah dalam pengelolaan anggaran dan program kerja menjadi salah satu harapan, sehingga masyarakat bisa menilai kinerja bupati secara objektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H