Pada media cetak dan media daring, puluhan berita diturunkan setiap harinya dengan menerjemahkan sumber berita yang berbahasa Inggris. Menerjemahkan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia memang bukan pekerjaan yang mudah. Wartawan dengan jam terbang menerjemahkan bahasa Inggris yang tinggi pun masih tetap berpeluang terpeleset dan membuat blunder yang tidak jarang membuat pembacanya menjadi mengernyitkan kening tanda tak paham.
Kejadian seperti ini saya alami waktu kemarin membaca sebuah berita tentang kebakaran yang terjadi pada asrama pelajar di kota Kuala Lumpur, Malaysia. Disebutkan di situ, 23 orang tewas akibat musibah kebakaran pada gedung berlantai tiga tersebut. Untuk lebih jelasnya, saya kutip sebagian paragraf dari berita yang saya baca pada harian Kompas. Inilah kutipannya: "Menurut polisi, kebanyakan korban tewas karena kehabisan napas akibat menghirup asap. Wakil Direktur Operasi Pemadam Kebakaran Soiman Jahid memperkirakan kebakaran dipicu oleh arus pendek listrik atau kumparan penolak nyamuk."
Istilah yang tak lazim "kumparan penolak nyamuk" inilah yang membuat dahi saya bekernyit. Gerangan benda apakah ini? Untuk menjawab kepenasaran saya ini, saya mencari sumber berita dalam bahasa Inggrisnya. Salah satu sumber berita ini adalah kantor berita Reuters dan inilah kutipannya: Fire department operations deputy director Soiman Jahid said the cause was likely a short circuit or a mosquito repellent coil.
Sampai di sini, saya langsung mengerti apa yang dimaksud dengan "mosquito repellent coil". Benda ini tak lain dan tak bukan adalah "obat nyamuk" yang dibakar ujungnya untuk mengusir nyamuk. Lantas kenapa si penerjemah tidak memakai istilah yang sudah umum dipakai yaitu "obat nyamuk" dan alih-alih memakai istilah "kumparan penolak nyamuk"? Kemungkinan besar, dia tidak bisa menangkap makna "mosquito repellent coil" dan untuk amannya maka istilah ini lantas diterjemahkan secara letterlijk(harfiah) menjadi "kumparan penolak nyamuk".
Saya mencoba untuk tetap berprasangka baik, jangan-jangan istilah "kumparan penolak nyamuk" ini adalah terminologi yang dipakai orang di Malaysia. Oleh karenanya saya mencari sumber berita dari kantor berita Malaysia. Dan inilah kutipannya: Jabatan Bomba dan Penyelamat mengesyaki kebakaran di Pusat Tahfiz Darul Quran Ittifaqiyah di Jalan Keramat Ujung yang mengorbankan 22 pelajar dan 2 guru, mungkin berpunca daripada ubat nyamuk atau litar pintas.
Jadi, sekarang sudahlah benderang sekali bahwa baik di negeri kita maupun di negeri jiran Malaysia, benda tersebut mempunyai sebutan yang sama, hanya ejaannya sedikit berbeda. Di sini, ditulis dengan "obat nyamuk" dan di sana dengan "ubat nyamuk". Biasanya, kalau persoalannya sudah menjadi terang begini, saya sering menjadi ketawa dalam hati. Kumparan penolak nyamuk? Oh, come on. Don't be lebay.Obat nyamuk itu yang tepat terjemahannya.
Beberapa bulan berselang, saya juga mendapati suatu terjemahan yang lumayan absurd sehingga menimbulkan kegelian. Ini berita tentang kesehatan Raja Thailand Bhumibol yang sedang kritis dan pada Kompas (11 Oktober 2016) dituliskan "Pihak istana menyatakan, dokter harus melakukan hemodialisis pada raja Bhumibol untuk memurnikan darah dan mengganti tabung yang mengalirkan cairan cerebrospinal yang berlebihan selama prosedur 2,5 jam itu."
Saya agak terkejut waktu membaca kata-kata "memurnikan darah" itu. Apakah karena beliau raja, maka darahnya harus dimurnikan? Ternyata pada berita berbahasa Inggris tertulis demikian: Doctor performs a hemodialysis on Bhumibol to purify his blood. Oh, ini pasalnya timbul kata-kata "memurnikan darah" yang ternyata terjemahan dari "purify his blood".
Istilah "purify the blood" dalam terminologi sehari-hari bahasa kita adalah "cuci darah". Dokter memutuskan untuk melakukan cuci darah apabila terjadi kegagalan ginjal pada pasien. Jadi, alih-alih menerjemahkan dengan "memurnikan darah" yang terasa absurd, cukuplah diterjemahkan dengan "cuci darah" yang lebih down to earth.
Inilah ilustrasi contoh dua terjemahan yang keluar dari jalur rel, sehingga maknanya menjadi absurd dan mengambang di awang-awang. Tidak dimaksud untuk mengolok-olok si penerjemah, namun agar kita selalu meningkatkan wawasan berbahasa Inggris dan Indonesia. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H