Lihat ke Halaman Asli

Gustaaf Kusno

TERVERIFIKASI

Profesi Usang yang Unik dan Lucu

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_142990" align="aligncenter" width="607" caption="The Three Musketeers (ilust onlinemovieshut.com)"][/caption]

Anda pasti pernah mendengar nama-nama tokoh berikut ini : Margaret Thatcher, Ted Turner, Jimmy Carter, Tom Sawyer, Alice Cooper, Tanya Tucker, William Faulkner, Harry Potter, dan sebagainya. Nama belakang (last name) ini acapkali disebut sebagai surname atau barangkali dalam bahasa Indonesia kita katakan ‘nama famili’ atau ‘marga’. Tapi tahukah Anda bahwa surname di atas, pada zaman dahulu kala adalah jenis profesi yang dilakoni oleh si empunya nama. Profesi-profesi ini nyaris sudah punah ditelan kemajuan zaman dan hanya disebut-sebut dalam novel sejarah saja. Menjadi menarik untuk kita kaji apa sesungguhnya pekerjaan-pekerjaan ini, karena saya yakin sebagian besar dari kita sudah kehilangan tilas asal muasal nama keluarga ini.

Ambillah contoh nama belakang Fletcher, yang mengacu pada profesi seorang fletcheryaitu : pakar atau empu pembuat anak panah (arrow). Lalu ada nama Parker yang merujuk kepada profesi ‘penjaga taman’ (park keeper) yang bertanggung jawab pada wilayah taman untuk perburuan hewan para bangsawan. Nama Thatcher yang merujuk kepada profesi ‘pakar pemasang atap rumah’ yang dahulu kala menggunakan ilalang (straw). Nama Turner mengacu pada profesi ‘tukang bubut’ di mana dia membubut (turning) kayu menjadi cawan kayu, sendok kayu dan sebagainya.

Bagaimana dengan nama ‘Johnny Walker’? Walker adalah profesi memproses bulu domba (wool) dengan cara diinjak-injak (walking) pada zaman abad pertengahan. Sedikit lebih maju dalam memproses wol ini kemudian digunakan pemukul kayu (fulling), sehingga pakarnya dinamakan dengan fuller. Ada pula profesi barker yaitu pakar menyamak kulit dengan menggunakan kulit kayu (bark), profesi palmer yaitu peziarah ke tanah suci (Holy Land) yang ditandai dengan daun palem yang dikenakannya pada waktu berziarah, profesi sawyer yaitu pakar penggergaji kayu, profesi cooper yaitu pakar pembuat dan ahli reparasi gentong kayu (casks and barrels), profesi tucker yaitu tukang melipat kain, profesi slater yaitu pakar pemasang genteng (slate) atap rumah.

Juga ada nama keluarga yang memungut dari profesi yang dilakoni oleh wanita seperti Webster yaitu pemintal benang wanita (female weaver), juga nama Baxter yaitu pembuat roti wanita (female baker). Baik Weaver maupun Baker juga banyak dipakai sebagai surname. Mungkin Anda sedikit bertanya-tanya mengapa dipakai nama profesi untuk nama marga ini. Di zaman baheula, orang hanya menamai anaknya dengan John, Jim, Ted dan sebagainya. Setelah dia dewasa dan mempunyai profesi masing-masing, tentu harus dibedakan antara John yang tukang kayu dengan John yang tukang roti. Karena itu kemudian terlahirnya julukan John Carpenter atau John Baker, dan selanjutnya generasi penerusnya tetap memakai embel-embel ini sebagai nama famili.

Ada tambahan lainnya nama profesi usang ini misalnya horner yaitu pakar pembuat wadah tinta dan sendok dari tanduk sapi (horn), spooner pakar pembuat sendok, carter pengasong kelontong di atas kereta kuda (cart), crocker pembuat pecah belah dari tanah liat (crocks), chandler pakar pembuat lilin (candle), miller si penumbuk bulir gandum (mill), tyler si pembuat jubin (tile), fowler si penangkap burung (fowl), faulkner si pelatih burung elang (falcon), bowyer pakar pembuat busur panah (bow).

[caption id="attachment_142991" align="aligncenter" width="579" caption="musket"][/caption]

Yang sering membuat saya penasaran adalah judul buku dan film ‘The Three Musketeers’. Novel ini ditulis oleh Alexandre Dumas sebagai cerita bersambung dari bulan Maret sampai Juli 1844. Anda tentu sudah sangat akrab dengan judul yang baru-baru ini difilmkan kembali. Saya penasaran karena kata musketeer ini sesungguhnya diambil dari kata musket yang bermakna ‘senapan locok’ zaman baheula. Jadi sebenarnya musketeer bermakna ‘penyandang senapan locok’. Tapi cobalah Anda perhatikan ketiga jagoan ini didalam berkiprah melawan musuh-musuhnya, justru menggunakan pedang dan anggar. Mengapa? Jawaban yang kurang memuaskan mengatakan, bahwa di zaman itu menggunakan musket sangat ribet, memasukkan peluru harus satu-satu dan butuh waktu lama, sehingga sangat tidak praktis untuk berperang. Jadi pedang dan anggarlah yang bisa dihunuskan secepat kilat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline